Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyuluh Agama Katolik sebagai Agen Moderasi di Tengah Pandemi Covid-19

8 Februari 2021   15:29 Diperbarui: 8 Februari 2021   15:56 2248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, Sektarianisme dan Primordialisme Makin Kuat 

Krisis identitas membuat manusia cenderung membangun kenyamanan berdasarkan kesamaan identitas suku, agama dan budaya. Karena itu tidak mengherankan pada saat ini sektarianisme dan primordialisme tumbuh subur. 

Menurut penulis, hal ini makin subur pada saat pilkada. Calon kepala daerah tidak malu (malah bangga) mengangkat isu "putera daerah" dan menggunakan simbol keagamaan sebagai alat politik memenangkan pertarungan. Akibatnya kita sendiri merasakan, perpecahan terjadi di dalam masyarakat karena pilihan politik yang dikemas oleh isu agama. Hal ini tentu mengancam keutuhan bangsa.

Peristiwa lain yang sangat memprihatinkan terjadi bukan lagi dalam kancah dunia politik. Tetapi di dunia pendidikan. Misalnya, seorang guru di SMAN 58 Jakarta Timur melarang siswa memilih calon ketua OSIS yang bukan muslim. Moderasi beragama menjadi salah satu cara mengikis gerakan sektarianisme dan primordialisme yang mengancam keutuhan bangsa.

Keempat, Ujaran Kebencian dan Hoax Bertebaran di Media Sosial

Alasan lain kenapa moderasi beragama menjadi sangat mendesak adalah maraknya ujaran kebencian dan hoax di media sosial. Media sosial bagai pisau bermata dua. Bisa Anda gunakan untuk membangun tatanan sosial tetapi juga sebaliknya, bisa dimanfaatkan untuk menghancurkan orang lain. 

Yang sangat memperihatinkan justru yang terakhir. Media sosial banyak digunakan untuk menebar ujaran kebencian dan berita hoax. Sebagai contoh disampaikan oleh Menteri Kominfo bahwa hingga 5 Mei 2020 beredar 1.401 konten hoax dan disinformasi Covid 19. Dari penelusuran mesin AIS Kominfo berita bohong meningkat tajam sejak 2018 hingga 501 item hoaks.

Di media sosial Anda bisa menemukan orang secara terbuka menghina orang lain; orang menjelek-jelekan orang lain seolah dirinya yang paling benar. Yang kadang membuat kita miris adalah itu dilakukan oleh tokoh publik dan malah tokoh agama. Karena itulah penyuluh agama terpanggil menjadi agen moderasi beragama dalam upaya membangun hidup yang rukun dan damai.


Menjadi Agen Moderasi Beragama Sebuah Panggilan bagi Penyuluh Agama Katolik

Peristiwa yang menandai setiap orang kristiani menjadi anak Allah adalah pembaptisan. Dengan pembaptisan yang kita terima membuat kita dibersihkan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah, digabungkan ke dalam Gereja dan ikut ambil bagian dalam perutusan Gereja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun