Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SMA Cinta Kasih Tzu Chi, Melatih Siswa Menyelesaikan Masalah Kekerasan dengan Cinta Kasih

5 Agustus 2019   22:15 Diperbarui: 5 Agustus 2019   22:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://rukun-islam.com

Siapa pun kita yang terlibat didalam dunia pendidikan termasuk didalamnya pendidikan formal, tentu mengetahui Paulo Freire. Seorang pendidik pembebasan dari Amerika Latin. Ia berjuang dengan berbagai cara melepaskan pendidikan dari belenggu kekerasan struktural yang terkandung didalam kurikulum sekolah. 

"Orang yang tertindas harus bisa membebaskan diri dari penindas tanpa harus menjadi penindas bagi sang penindas sebelumnya. Ia memutus mata rantai penindasan dan kekerasan dengan pendidikan hati (Pedagogy of Heart). 

Spirit pendidikan seperti inilah yang dikembangkan oleh Sekolah Tzu Chi sejak pendidikan usia dini hingga lanjutan. Menyelesaikan masalah dengan cinta kemanusiaan adalah kompetensi dasar menyangkut cara hidup dalam relasi dengan orang lain. Ketrampilan ini menjadi tidak mudah ketika berhadapan dengan aturan kedisiplinan. 

Tidak sedikit kita jumpai dilingkungan sekolah, cara menyelasaikan masalah kekerasan dengan cara yang "keras". Dengan alasan memberi efek jera sang penegak kedisiplinan sekolah menjatuhkan sanksi "keras" kepada pelaku kekerasan yang berakibat luka dan sakit dalam hati pelaku. 

Tanpa disadari keadilan dalam arti "gigi ganti gigi" dilanggengkan oleh sekolah dalam bentuk yang berbeda dengan jaman baheula.inilah yang disebut primitisme dunia modern.Bagaimana memutus rantai ini?

SMA Cinta Kasih Tzu Chi Mendidik bukan Menghukum

Ketika ada pelanggaran kategori berat yang dilaklukan oleh beberapa siswa, yakni tindakan kekerasan terhadap siswa lain, kami menerapkan pendidikan hati bukan hukuman. Dua siswa yang terlibat "baku kekerasan" kami ajak duduk bareng. 

Berdiskusi mengapa terjadi peristiwa seperti itu. Mengapa reaksi atas sebuah aksi harus diungkapkan dalam bentuk tindakan kekerasan? Sebuah pendekatan reflektif. Diskusi tidak terbatas hanya kepada para siswa yang melakukan tindakan tersebut. Kami juga mengundang para orang tua siswa. Ini dimaksudkan agar para orang tua mengerti -bukan sekadar mengetahui- sebab dan akibat tindakan itu. ketika pembicaraan kami sampai pada tahap pertanggung jawaban, para siswa dan orang tua itu tampak cemas dan khawatir akan "hukuman" dari sekolah. 

Kami menyampaikan kepada mereka bahwa para siswa ini akan melakukan pekerjaan sosial (social services) selama beberapa waktu secara bersama-sama sebagai sanksi atas tindakan mereka. Pekerjaan sosial yang akan mereka lakukan antara lain mengunjungi orang saki dan atau orang yang telah pulang ke rumah setelah beberapa saat dirawat di rumah sakit, membersihkan tempat ibadah, dan fasilitas sekolah. Mendengar penjelasan kami, tampak orang tua dan siswa merasa lega dan berterima kasih. Mereka sangat antusias mendukung. 

Orang tua kembali ke rumah dengan hati yang lapang, dan damai. Para siswa pun merasa lega tanpa kehilangan rasa menyesal. Dengan cara ini kami menegakkan aturan kedisiplinan, sekaligus mendidik hati para pelaku kekerasan menjadi lebih lembut dan berempati kepada orang lain. Inilah pendidikan hati. Inilah bagian dari budaya humanis yang kami kembangkan disekolah. 

Kami sangat berharap dengan cara demikian semakin banyak anak merasa damai dan bisa sembuh dari luka hatinya; dan semakin berkurang kekerasan diantara mereka. Ketika sekolah mampu menciptakan damai dalam hati para siswanya, kekerasan dalam masyarakat pun akan semakin berkurang. "JIka Anda tidak bisa memyelamatkan jiwa semua orang, paling tidak Anda menyelamatkan jiwa satu orang" demikian Mother Teresa dari Calkuta memberi nasihat agar manusia menyirami hati orang lain dengan cinta kasih. (Purwanto-Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun