Mohon tunggu...
Bima M
Bima M Mohon Tunggu... Administrasi - Seniman

Pernah pameran lukisan remaja, pemuda dan tingkat nasional. Pernah ikut lomba desain grafis, membuat skenario, kartun. Suka membuat cerpen dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati Gembira Pertama Kali Diterima Kompasiana

29 Oktober 2017   21:38 Diperbarui: 29 Oktober 2017   21:53 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana ibarat Lampion yang menerangi. Lampion dibuat oleh Bima Mulijarto

Saya mempunyai kesenangan membuat cerpen atau puisi. Kegemaran membuat cerpen atau puisi dimulai pada waktu di sekolah. Seingat saya pada waktu di SMA sydah senang membuat puisu atau cerpen.Pada waktu membuatpuisi atau cerpen saya lakukan di saat istirahat. Saya membuatnya di kantin sekolah. Saya telah siapkan pada selembar kertas yang disimpan dalam saku baju. 

Beberapa puisi dapat saya buat oada selembar kertas tersebut.Kegemaran ini berlanjut pada saat kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri yang terletak di Rawamangun. Kebiasaan ini bertambah kuat setelah saya masuk ke dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Saya berkumpul dengan teman teman kuliah dari satu jurusan maupun dari berbagai jenis program studi. Perbincangan di bidang seni budaya memperkaya khasanah dalam berkesenian.Kebetulan sekali salah satu kakak kelas adalah seorang penyair saat itu. Maka saya dapat bekajar darinya. Dari cara memilih kata kata agar terasa lebih hidup suasana bathin. Ada rasa kehidupan di dalamnya tidak sekedar rangkaian atau susunan kata.

Agar memudahkan saya dalam membuat puisi atau cerpen, maka membuat beberapa lembar potongan  kertas menjadi satu. Jadilah sebuah notes yang dapat dibawa. Bila timbul sebuah inspirasi maka saya notes tersebut, bahkan saya membuat puisi atau cerpen di dalam kendaraan umum.

Setelah menyelesaikan kuliah menjadi seorang sarjana, kegemaran ini masih berlanjut. Kemudian sambil melamar pekerjaan masih dilakukan. Saya setelah menjedi seorang karyawan panggilan jiwa tidak dapat dibendung. Kalau dibiarkan terasa ada yang kurang dalam diri. Maka saya ambil selembar kertas mulai membuat puisi atau cerpen.

Saya mulai berpikir bagaimana kalau puisi atau cerpen diperkenalkan pada masyarakat. Saya pernah membaca pada sebuah buku di toko buku. Karya seni akan lebih berarti atau berguna ditampilkan daripada disimpan di dalam laci meja.
Kemudian saya mulai mencari di internet. Pencarian dari Google membawa hasil akhirnya. Saya mendapatkan 9th Kompasiana. Ada rasa berdebar debar pada waktu akan mendaftarkan di 9th Kompasiana. Langkah demi langkah saya ikuti petunjuknya. Setelah berhasil menjadi anggota 9th Kompasiana. Mulai saya berpikir apakah mungkin karya saya dapat diterima.

Pertanyaan ini berkecamuk dalam hati karena mengingat nama besar dari 9th Kompasiana. Saya memberanikan diri untuk membuat puisi atau cerpen untuk dimuat dalam 9th Kompasiana. Saya membuat puisi terlebih dahulu untuk publish oleh 9th Kompasiana. Harap harao cemas dalam diri saya.  Tidak lama kemudian puisi saya ditampilkan oleh 9th Kompasiana.

Hati saya langsung gembira sekali.  Kompasiana yang berulang tahun 9th Kompasiana telah banyak membantu dalam memperkenalkan karya saya. Kompasiana yang dikenalkan tanggal 22 Oktober 2008 sebagai media digital. Karya saya yang telah dimuat di 9th Kompasiana menjadi dorongan untuk menghasilkan karya lebih baik lagi. Apalagi mendapat tanggapan dari para pembaca terhadap puisi atau cerpen saya menjadikan pemacu untuk terus berkarya.

Sejak menjadi anggota 9th Kompasiana saya merasa gembira dapat bergabung dengan rekan rekan sesama anggota 9th Kompasiana. Selain itu saya juga dapat membaca arahan arahan untuk membuat puisi atau cerpen yang baik. Hal ini dilakukan agar menghasilkan karya yang lebih bermutu. Inilah manfaat yang saya dapatkan setelah menjadi anggota 9th Kompasiana. Sehingga karya karya saya lebih dikenal dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas. 

Mulai saat ini saya semakin rajin untuk membuat puisi atau cerpen. Pada saat saya bekerja mencari waktu yakni padaat istirahat makan siang. Saya pun tidak mau kehilangan inspirasi langsung ambil secarik kertas. Saya pun tidak malu lagi menyampaikan pada rekan rekan saya untuk membaca puisi atau cerpen di Kompasiana. Agar mereka turut serta memberikan konstribusi pada Kompasiana. Pada saat ada pertemuan pada suatu kegiatan yang saya ikuti berusaha pula memperkenalkan Kompasiana. 

Beberapa dari mereka ada ketertarikan untuk turut serta membaca Kompasiana. Ada diantara mereka ingin mengatahui lebih banyak tentang Kompasiana. Saya sampaikan banyak manfaat turut serta menjadi anggota Komoasiana. Diantaranya saya sendiri dengan menjadi anggota Kompasiana karya karya saya berupa puisi atau cerpen dapat lebih dikenal. Selain itu kita dapat mengetahui informasi-informasi yang dapat membantu pekerjaan. Ada juga pengetahuan beraneka ragam misalnya mengenai kesehatan, Teknologi informasi, transportasi, pariwisata, budaya, ekonomi, olah raga atau berhubungan dengan kegiatan kita.

Karena itu mereka pun bertanya tanya bagaimana menjadi anggota Kompasiana. Saya dengan senang hati menerangkan untuk menjadi anggota Kompasiana. Saya memberikan arahan bagaimana menjadi anggota Kompasiana berdasarkan pengalaman pertama kali mendaftar menjadi anggota Kompasiana. Mereka mengikuti petunjuk satu demi satu mengisi kolom yang tersedia dan berhasil mendaftar menjadi anggota Kompasiana. Hati mereka menjadi senang pertama kali menjadi anggota Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun