Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pelabuhan Hijau Teluk Jakarta, Harmonisasi Lingkungan dengan Produktivitas Ekonomi Maritim

16 Mei 2025   17:04 Diperbarui: 17 Mei 2025   17:54 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Operasional New Priok Container Terminal One (NPCT1), Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara. (DOK. Humas Pelindo via Kompas.com) 

Teluk Jakarta, sebagai pusat kegiatan maritim ibu kota Indonesia, memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian nasional melalui operasional Pelabuhan Tanjung Priok dan jalur transportasi laut menuju Kepulauan Seribu.

Namun, aktivitas maritim yang intens telah memicu kerusakan lingkungan, mengancam kelestarian ekosistem teluk dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Pendekatan pelabuhan hijau menjadi solusi strategis untuk mengintegrasikan kelestarian lingkungan dengan produktivitas ekonomi transportasi laut.

Tulisan ini mengupas tiga dimensi utama: kerusakan lingkungan Teluk Jakarta akibat aktivitas maritim, pelabuhan hijau sebagai jawaban atas kebutuhan lingkungan, dan peningkatan efisiensi ekonomi melalui pembaruan infrastruktur pelabuhan.

Degradasi Lingkungan Teluk Jakarta akibat Aktivitas Maritim

Teluk Jakarta tengah menghadapi ancaman lingkungan serius yang diperparah oleh operasi transportasi laut dan pelabuhan.

Pelabuhan Tanjung Priok, yang mengelola lebih dari 7 juta TEUs (unit kontainer setara dua puluh kaki) setiap tahun (Pelindo, 2024), menghasilkan polusi udara dari emisi kapal, limbah cair berupa minyak, dan tumpukan sampah dari kegiatan logistik.

Studi dari Badan Lingkungan Hidup DKI Jakarta (2021) mengungkapkan bahwa limbah berbahaya, seperti minyak dan logam berat dari kapal, menjadi penyumbang utama pencemaran perairan teluk, merusak ekosistem mangrove di wilayah Muara Angke dan terumbu karang di Kepulauan Seribu.

Rute transportasi laut menuju Kepulauan Seribu turut memperburuk kondisi. Kapal berbahan bakar diesel menghasilkan gas rumah kaca dan sering kali menyebabkan tumpahan minyak, yang mencemari perairan teluk.

Pelabuhan kecil seperti Muara Angke, yang kekurangan infrastruktur pengelolaan limbah, menjadi sumber sampah plastik yang mengotori Teluk Jakarta.

Degradasi ini tidak hanya mengganggu kehidupan laut, tetapi juga melemahkan potensi ekonomi teluk sebagai pusat pariwisata bahari dan investasi maritim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun