Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Keberlanjutan Teluk Jakarta: Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan melalui Akuakultur Ramah Lingkungan

15 Mei 2025   12:57 Diperbarui: 15 Mei 2025   20:57 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas nelayan pesisir Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (16/3/2022).  KOMPAS/AGUS SUSANTO 

Teluk Jakarta, jantung ekosistem pesisir ibu kota Indonesia, memiliki potensi besar untuk mendukung kesejahteraan masyarakat, terutama nelayan di wilayah seperti Cilincing, Marunda, dan Kepulauan Seribu.

Namun, degradasi lingkungan yang parah mengancam keberlanjutan sumber daya laut, sekaligus memperburuk kondisi ekonomi komunitas pesisir.

Dalam menghadapi tantangan ini, akuakultur ramah lingkungan muncul sebagai solusi strategis yang mampu memulihkan ekosistem Teluk Jakarta sambil meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Tulisan ini menyoroti tiga aspek utama: krisis lingkungan Teluk Jakarta, potensi akuakultur ramah lingkungan, dan pemberdayaan nelayan sebagai kunci keberhasilan ekonomi biru di Jakarta.

Krisis Lingkungan Teluk Jakarta: Ancaman terhadap Keberlanjutan

Teluk Jakarta menghadapi krisis lingkungan yang signifikan, ditandai dengan polusi air, sedimentasi, dan kerusakan ekosistem.

Limbah domestik dari jutaan penduduk Jakarta, ditambah limbah industri yang mengalir melalui sungai-sungai seperti Ciliwung dan Citarum, telah mencemari perairan Teluk Jakarta.

Data dari Badan Lingkungan Hidup DKI Jakarta (2019) mengindikasikan bahwa kadar polutan, seperti logam berat dan bahan organik, jauh melebihi ambang batas aman untuk biota laut.

Sampah plastik, yang diperkirakan mencapai ribuan ton per tahun, semakin memperburuk kondisi perairan, mengancam biota laut dan mengurangi estetika pesisir.

Dampak krisis ini sangat terasa bagi komunitas nelayan. Penurunan kualitas air telah menyebabkan berkurangnya populasi ikan bernilai ekonomi tinggi, seperti kakap dan kerapu, di Teluk Jakarta.

Nelayan di wilayah Cilincing melaporkan bahwa hasil tangkapan mereka menurun hingga 50% dalam satu dekade terakhir (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun