Dunia tengah berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, yang meninggal pada usia 88 tahun.
Beliau tutup usia pada Senin (21/4/2025), pukul 07.35 waktu setempat di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan, karena menderita pneumonia ganda.
Kabar duka ini, datang cuma sehari, setelah beliau menyapa ribuan umat di Alun-alun Santo Petrus saat perayaan Paskah, meskipun dalam kondisi kesehatan yang belum sepenuhnya pulih.
Saat beliau mengunjungi Indonesia, juga dalam kondisi kesehatan yang kurang memadai. Hal ini, merupakan capaian yang perlu diapresiasi, dan tidak mudah untuk ditiru oleh siapa pun.
Meskipun beliau telah meninggalkan dunia ini, namun legacynya perlu diteruskan. Berikut beberapa warisan penting yang perlu diperjuangkan oleh generasi sekarang dan mendatang.
Pertama, Warisan Kesederhanaan dan Kerendahan Hati
Paus Fransiskus dikenal luas, karena gaya hidupnya yang sederhana dan sikap rendah hati. Beliau menolak kemewahan yang sering melekat pada jabatan kepausan, dan memilih untuk hidup dekat dengan umat.
Salah satu contoh yang mencolok adalah saat kunjungan beliau ke Indonesia, di mana beliau memilih menggunakan kendaraan sederhana, Kijang Innova, tanpa pengawalan berlebihan.
Sikap ini mencerminkan moto kepausannya, "Miserando atque eligendo," yang berarti "Rendah Hati dan Terpilih."
Kedua, Komitmen terhadap Perdamaian dan Dialog
Sepanjang kepemimpinannya, Paus Fransiskus secara konsisten menyerukan perdamaian di tengah konflik global.
Beliau menyebut dunia saat ini mengalami "perang dunia yang terjadi secara pecah-pecah" dan mendorong semua orang untuk menjadi pembawa damai di lingkungan mereka masing-masing.