Mohon tunggu...
Billy Chandra Wijaya R
Billy Chandra Wijaya R Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya

Historian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Bukan Karena Mesin Waktu

5 Juli 2020   01:26 Diperbarui: 5 Juli 2020   01:37 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemburu pengumpul yang telah resmi menetap tidak lagi disibukkan dengan memotong dan membagikan hasil buruan, tetapi disibukkan oleh pengelolaan hasil panen baik menghitung jumlahnya maupun membagikannya. Semakin banyaknya hasil panen berarti semakin banyak juga keahlian yang dibutuhkan.

Keahlian dalam menghitung  dan mendata hasil panen, mendistribusikannya, namun tidak hanya pasca menanam, keahlian sebelum dan saat menanam pun sangat diperlukan. Nenek moyang kita yang telah menetap memperlukan orang yang mampu untuk membaca cuaca, membuatkan parang, menentukan lahan sebelah mana yang akan ditanami.

Dengan semakin banyaknya segmentasi pekerjaan, hal tersebut berimplikasi terhadap munculnya individu-individu yang terspesialisasi. Spesialisasi menjadi sebuah kunci pembuka dalam pengelompokkan individu menuju tatanan sosial yang terstratifikasi.

Stratifikasi sosial muncul dan akibatnya menentukan posisi individu didalam tatanan yang ada, apakah dia superior atau inferior dan yang menjadi puncaknya apakah dia akan menjadi raja atau hanya sekedar babu istana.

Setelah munculnya spesialisasi kerja dan tatanan sosial yang terstratifikasi, orang-orang yang ada dipuncak kelas sibuk berpikir untuk menciptakan suatu mitos agar melanggengkan kekuasaannya. Kepercayaan-kepercayaan pun tercipta. Diawali dengan kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang berhasil melegitimasi sebuah institusi kerja sama besar.

Selanjutnya, kepercayaan-kepercayaan tumbuh subur dan semakin subur dengan terciptanya berbagai kerajaan-kerajaan besar karena sang Raja membutuhkan legitimasi atas kekuasaannya dan rakyatnya membutuhkan jawaban sederhana atas ketidakpastian yang akan dihadapinya. 

Beribu-ribu tahun lamanya, berbagai kepercayaan berhasil tumbuh subur. Dimulai dengan kepercayaan terhadap arwah nenek moyang, benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan transenden, sampai kepercayaan terhadap hewan-hewan liar. Namun ini bukan puncaknya, kepercayaan terhadap suatu kekuatan kosmos berhasil tumbuh subur dan menyerbak ke berbagai penjuru Bumi.

Dengan munculnya kepercayaan-kepercayaan bukan berarti berbagai masalah yang datang dapat terselesaikan, bahkan dunia sempat mengalami 500 tahun stagnanisasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun, kita harus berterima kasih dengan agama pada saat itu.

Agama berhasil memicu berbagai pembaruan-pembaruan yang ada. Kerajaan katolik Spanyol berhasil mebiayai pelayaran Hernan Cortes untuk menaklukkan dunia baru, sementara itu Paus berhasil memicu kebangkitan ilmu pengetahuan lewat surat pengampunan dosanya yang dikomersialisasikan.

Abad pencerahan pun dimulai dengan diawali oleh berbagai protes terhadap Paus dan serangkain kemunculan seniman di Florence. Dari semua yang berubah, ada satu perubahan paradigma yang paling vital dalam abad pertengahan. Teosentris menjadi antroposentris.

Dengan manusia menjadi pusatnya, revolusi dalam ekonomi dan politik pun tak terbendung lagi dan muncul bergantian.merkantilisme berganti dengan kapitalisme, hak asasi manusia datamg sebagai produk politik yang baru, dan demokrasi kembali lagi dengan tampilan yang berbeda dari yang pernah diterapkan di Yunani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun