Mohon tunggu...
Bilal Ahmad Bonyan
Bilal Ahmad Bonyan Mohon Tunggu... -

Ahmadiyya Moslem Society\r\n\r\nlove for all hatred for none

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Profile 3 Ahmadi Korban Tragedi Cikeusik

9 Februari 2011   22:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:44 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ahmad Warsono, Roni Patina Sarani dan Tubagus Chandra Mubarak. Ketiga nama tersebut merupakan korban meninggal dunia dari tragedi Cikeusik. Setelah tragedi tersebut, saya berusaha untuk mencari informasi tentang beliau-beliau ini dari orang-orang terdekatnya.

Ahmad Suharsono, seorang pemuda kelahiran Cirebon ini memiliki karakter yang sangat tegas. Suharsono dan keluarganya tinggal di Muara Baru, Jakarta Utara. Beliau berprofesi sebagai seorang supir bajaj dan ahli elektronik. setelah Tragedi Cikeusik, Suharsono meninggalkan seorang Istri dan 4 orang anak.

Sebelum beliau meninggal, Muslim Television Ahmadiyah (MTA) pernah mewawancarai beliau, dalam pernyataannya beliau mengatakan bahwa kehidupan beliau sebelum mengenal Jemaat Ahmadiyah hanyalah makan, tidur, cari uang, begitu seterusnya. Berdasarkan pernyataan Erni, Istri Suharsono, sebelum mengenal Jemaat Ahmadiyah, kehidupan Suharsono sangat jauh dari kehidupan-kehidupan yang Islami.

diawali tahun 2001, Suharsono mulai mengenal Jemaat Ahmadiyah. Dan pada Tahun 2002, Suharsono bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Setelah mengenal dan baiat kedalam Jemaah Ahmadiyah, kehidupan Suharsono mulai banyak perubahan, demikianlah penjelasan istri Suharsono, beliau menjadi rajin mendirikan sholat lima waktu. Bahkan beliau rajin melaksanakan puasa sunnah, yang sebelum mengenal Ahmadiyah ibadah itu jarang sekali beliau laksanakan.

Ketawakalan Suharsono terhadap Allah swt. begitu tinggi. Pada suatu hari istri Suharsono memberitakahukan padanya bahwa kontrakan rumah yang beliau tempati belum dibayar selama dua bulan dan beras pun akan habis. Suharsono hanya berkata pada istrinya, sudah jangan bicarakan hal ini, kita berdoa dan tawakal saja pada Tuhan. Setelah itu Suharsono, pergi keluar dan belum jauh dari rumahnya, ada seseorang yang menepuk pundaknya dan menawari pekerjaan sebagai tukang bangunan. Dan hasil dari pekerjaan itu, beliau dapat membayar kontrakan rumah dan juga membeli keperluan sehari-hari.

Kehidupan Suharsono benar-benar berubah total, beliau sangat senang bertabligh. Banyak rekan-rekan dikampungnya yang beliau beritahukan agar lebih dekat pada agama. Dalam wawancara dengan MTA, Suharsono menegaskan bahwa saya bertabligh mengajak orang supaya lebih dekat pada Islam, karena bagaimana orang akan mengenal Ahmadiyah jika dia (orang tersebut) belum mengenal Islam.

Jenazah Suharsono rencananya akan dimakamkan di Tangerang, akan tetapi karena permintaan orang tua beliau agar dimakamkan di Cerebon, maka selepas disholatkan pukul 04.00 wib. Jenazah beliau dibawa ke Cirebon.

Ketika saya berbincang dengan Erni, istri Suharsono, sebelum pergi ke Cikeusik beliauhanya mengatakan supaya menjaga anak-anak dan mendidik mereka dengan baik.

( to be continue… )

Love for all hatred for none

Muslim Ahmadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun