Mohon tunggu...
Maryam Nizar
Maryam Nizar Mohon Tunggu... -

berfikir tanpa batas....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Jakarta, Kali Ini Aku Bosan..

2 Juni 2012   14:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lima tahun berlalu sudah

kan kembali hadir

Mengusung riuh ditengah kota

Berteriak engkau, dengan lantang

Bermanis lidah dengan janji

Sedang kami…..

Bagai umpan berserak,

Menunduk dan meratap

Apakah ini yang kau sebut prestasi…???

Apakah ini yang kau sebut kompetisi….???

Melaju diatas punggung dan kepala kami…

Bergelimang harap dari kami yang fakir

Kami memujamu dengan sadis

Sebagaimana lima tahun lalu, kau kami puja

Sejenak hati ini menciut dengan kata yang tertiup

Yang berhembus ditiap sela labirin jiwa kami

Kau hanya pembual…..!!!

Yang meracuni kami dengan susu caramel.

Sadarkah kau pada kami yang kau sekap

Kau penjarakan tiap kali kau butuhkan

Yang kau sandera tiap kali kau perlukan

Lima tahun lalu kau berjanji…

Mengumbar sumpah pada kami

Menebar kata akan kebahagiaan

Ingatkah kau pada kami…???

Kami yang berdiri dipinggir jalan

Kami yang mengais hartamu dari tong sampah

Kami yang melahap butir disisa piringmu

Lihatlah hidup anak-anak kami…

Menadahkan tangan dibalik jendela kencanamu

Mengerang dan menjeritkan lapar yang tiada pernah punah

Wahai para pemimpin ….!!!

Bilakah kau kan melihat kami dari depan matamu

Menatap kepedihan kami yang kau laku

Kami memujamu,

Dan kami pun mengutukmu.

Kami terlalu bodoh…

Terlalu payah…

Untuk mendorongmu yang perkasa

Tapi tidak kali ini…!!!

Biarkan kami berpaling dari darimu

Berpaling dari siapapun yang hendak dipuja

Sebab kami tak lagi berharap pada raja

Kini kami hanya mampu berharap kemurahan-Nya

Karena kau tak lagi melihat kami

Karena kau tak lagi perhatikan kami

kali ini……..

Kami kan bersembunyi…..

dibalik bilik usang nan rapuh

Dengarlah hai pemimpin …!!!

Meski kau terpilih makmur takkan menghampiri

Mendatangi atap roboh kami

Sebab kami telah kau sulap dengan derita

Yang kan terus berteduh dibawah penindasan

Kamilah.....

Rakyatmu yang menekuri hidup dinegeri tercinta

Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun