Tulisan kali ini ada kaitannya dengan artikel saya sebelumnya yang berjudul "Jeritan Hati Petani Lada". Bekas lahan tanaman lada yang sebelumnya tidak diberdayakan lagi, saya berdayakan untuk berkebun ubi jalar  (Di daerah bangka sering disebut bijur atau ketela).
Sebuah nasihat agama, "barang siapa menanam, maka ia akan menuai". Â Inilah menjadi awal sebagai motivasi diri untuk berkebun, memanfaatkan lahan kosong. Apalagi di tengah kondisi ekonomi tidak menentu saat ini, semakin tinggi motivasi untuk mengais rizki dari peluang-peluang yang ada, dan salah satu peluang itu adalah dengan berkebun ubi jalar.
Mengenal Ubi Jalar
Ubi jalar dengan nama latin Ipomoea batatas atau bahasa inggrisnya sweet potato merupakan jenis tanaman budidaya yang memiliki karbohidrat tinggi.
Di Indonesia, selain dimanfaatkan umbinya, daun mudanya juga sering dibuat sayuran.
Beda lagi di Afrika, umbi ubi jalar dijadikan salah satu sumber makanan pokok yang penting. Sedangkan di Amerika Serikat, ubi jalar merupakan salah satu sajian penting dalam sejarah kuliner mereka.Â
Dari segi kesehatan, ubi jalar disarankan untuk dimasukkan dalam daftar makanan sehat untuk dikonsumsi sehari-hari. Ubi jalar banyak mengandung vitamin A, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh.
Selain itu, ubi jalar mengandung 37% kebutuhan tubuh akan vitamin C. Ubi jalar juga mengandung 105 kalori ketika di panggang, cocok untuk program menurunkan berat badan.
Kemudian ubi jalar mengandung serat, dan hampir tidak mengandung lemak. Ubi jalar juga banyak mengandung nutrisi penting lainnya, seperti 25% mangan, 14% vitamin B6 dan 9 % kalium.