Mohon tunggu...
zahwan zaki
zahwan zaki Mohon Tunggu... Administrasi - Alumni IAIN SAS Babel (Pendidikan) dan Alumni STIA-LAN Jakarta (Bisnis)

Hobi melakukan perjalanan ke tempat yang belum pernah ditempuh dan terus mencoba menggerakkan pena, menulis apa yang bisa ditulis, paling tidak untuk bisa dibaca segelintir orang.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jeritan Hati Petani Lada

29 Mei 2020   21:33 Diperbarui: 30 Mei 2020   17:23 1721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kebun Lada Usia Panen (dokpri)

Kurang lebih 22 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1998 atau di saat negara sedang krisis moneter, Petani Lada di Bangka bisa tersenyum lebar. Betapa tidak, harga lada melambung tinggi, saat itu harga lada tembus di angka 100 ribu rupiah per kilo gram.

Bayangkan saja, jika seorang petani lada sekali panen 1.000 kilo gram (1 ton), maka hasil yang didapat adalah 1.000 x 100.000 = 100.000.000.

Padahal saat itu, harga kebutuhan pokok belum semahal saat ini. Dengan hasil panen tersebut para petani bisa memenuhi kebutuhan pokoknya, membuat rumah, membeli kendaraan dan bisa menyekolahkan anaknya hingga ke pulau jawa.

Saya ingat betul, waktu itu saya masih duduk di bangku SMA, ada teman kami bawa mobil pribadi ke sekolah, dan itu hasil dari berkebun lada. 

Dari beberapa sumber, harga lada juga pernah tinggi, kurang lebih pada rentang tahun 2013-2016, menyentuh angka 100 ribu rupiah s.d. 175 ribu rupiah di level petani. Harga tinggi lada saat itu dipicu sedikitnya hasil panen dari petani, sedangkan permintaan pasar dunia saat itu tinggi.

Namun itu cerita dulu, beda dengan cerita sekarang. Bagaimana harga lada sekarang? Hari ini saya ke kebun lada, saya lihat kebun lada saya, yang saya tanam 3 tahun yang lalu, udah hampir mati, kesannya tidak terurus.

Waktu itu saya tanam kurang lebih 800 pohon lada, dengan modal kurang lebih 14 juta rupiah (rincian: biaya pembersihan lahan, penanaman, bibit dan junjung).

Dua tahun kemudian, lada saya pun panen, hasil panen kurang lebih 300 kilo gram. Saat panen harga jual kurang lebih 50 ribu per kilo gram. Jika dikalikan dengan hasil panennya, maka saya dapat uang senilai 15 juta rupiah. Sebandingkah dengan modal awalnya? belum juga ditambah biaya operasional, seperti pupuk, racun rumput, upah pekerja dan lainnya.

Foto: Kebun Lada Usia 6 bulanan (dokpri)
Foto: Kebun Lada Usia 6 bulanan (dokpri)
Wajar, saat ini petani lada sedang menjerit, bagaimana tidak dengan modal awal dan biaya operasional begitu besar hingga panen, harga jualnya tidak sebanding.

Para petani lada tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa berharap kepada pemerintah mencari solusinya, agar harga bisa naik lagi. Namun apa daya, pemerintahpun tidak bisa berbuat banyak, harga tidak terbukti naik.

Kondisi inilah saat ini yang dialami petani lada, berkebun lada lagi tetapi rugi, atau tidak berkebun lada lagi tetapi tidak ada yang dapat diharapkan untuk menghasilkan uang dalam jumlah yang besar. Banyak petani lada banting setir dengan berkebun tanaman lain demi untuk menyambung hidup sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun