Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Money

Bu Mukoyimah, Potret Penjahit Yang Menangguk Rejeki Menjelang Natal

24 Desember 2011   01:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:50 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bu Mukoyimah adalah salah satu potret  kehidupan  penjahit yang  ada di sudut pasar Wonokromo. Para penjahit saat ini harus berjibaku menghadapi derasnya  bisnis pakaian jadi yang makin digemari konsumen. Beliau sudah kurang lebih 25 tahun menjadi penjahit  sejak suaminya meninggal. Dengan modal sebuah mesin jahit peninggalan almarhum suaminya 25 tahun lalu, ibu  asal Gedangan Sidoarjo ini mencoba mengadu nasib di Surabaya. Hidup itu harus mau berjuang  jangan hanya mengeluh merenungi nasib saja begitu katanya. Tak perlu malu asalkan halal. Saat dijumpai di pasar Wonokromo  tanggal 23 Desember kemarin, beliau sedang menyelesaikan jahitan selembar kain untuk dekorasi Natal. Lumayan katanya, saat  menjelang Natal dan tahun baru  ada cukup banyak yang datang untuk menjahitkan di tempatnya. Bu Mukoyimah mengatakan jaman sekarang ini orang lebih suka beli baju jadi di supermaket dan toko daripada menjahitkan. Harga kain dan ongkos jahitan dirasakan relatif cukup mahal bagi para pembeli. Maka tak heran bila para penjahit dengan modal mesin jahit sederhana ini harus berjuang keras untuk tetap bertahan hidup. Menjemput bola, begitu istilahnya kerennya. Keputusan ini diambil bu Mukoyimah saat pasar Wonokromo lama ditutup dan dibangun Darmo Trade Center. Ibu yang mempunyai riwayat sakit diabetes dan vertigo ini terus memikirkan bagaimana harus kreatif agar tetap mendapat penghasilan ditengah maraknya  pakaian jadi yang dijual di gerai - gerai plaza. Ia nekad memboyong mesin jahitnya dan menitipkan di salah satu tempat penitipan mesin jahit di lantai dua pasar Wonokromo dengan biaya 25 ribu rupiah perbulan. Sementara ia cukup menempati gang kecil di sudut emperan pasar tersebut. Minimal   mulai pagi hingga sore ia bisa memperoleh pelanggan untuk sekedar permak pakaian dan menerima jahitan kain. Penjahit sederhana ini merasa bahagia bisa menangguk rejeki menjelang Natal dan tahun baru. Jika sedang sepi dia menerima uang hanya 30 ribu rupiah, sementara di musim menjelang perayaan hari  raya maupun akhir tahun bisa mencapai 250 ribu rupiah. Tetapi itu juga tidak pasti karena banyak juga  pesaing penjahit lain di pasar ini. Untuk sekali permak anatar lima ribu rupiah hingga 10 ribu rupiah. Ibu dengan tiga orang anak ini berjuang menghidupi ke tiga anaknya sejak 25 tahun silam tanpa suami. Pernah juga menikah lagi namun pernikahan keduanya kandas. Dulu ia menikah muda usia 16 tahun dan anaknya hanya mampu disekolahkan hingga SLTP dan SMU, sekarang sudah menikah semua. Namun si sulung yang laki - laki masih tingggal serumah dan pekerjaan serabutan. Maka ibu Mukoyimah masih membantu sekedar membelikan susu untuk cucunya. Bu Mukoyimah berusaha menjalani semua kehidupannya dengan rasa syukur dan bahagia. Uang memang perlu untuk bertahan hidup di kota besar, tapi kesehatan saya juga sanagt penting katanya. Ia rutin berobat diabetesnya di puskesmas. Pernah juga mengalami kejadian buruk jatuh di pasar gara gara serangan vertigonya kumat. Ya itulah suka duka kehidupan seorang penjahit di era sekarang. Menjemput bola ibaratnya adalah mendatangi tempat dimana ia bisa menerima permak jahitan salah satu ide kreatif seorang penjahit. Semangat juangnya layak diacungi jempol. Ibu sekaligus penjahit sederhana yang luarbiasa. Bu Mukoyimah ini adalah cermin kehidupan nyata, Potret seorang penjahit sederhana yang memiliki daya juang tinggi dan kreatif dalam mencari rejeki. Semoga memberi inspirasi dan semangat bagi kita semua. Bersyukur atas apa yang telah menjadi rejeki kita dan mengingat masih banyak orang yang kurang beruntung di sekitar kita. Salam hangat, selamat menyambut natal bagi yang merayakan dan selamat menyambut tahun baru Bidan Romana Tari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun