Mohon tunggu...
KKN MIT UIN Walisongo Kel.61
KKN MIT UIN Walisongo Kel.61 Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN WALISONGO SEMARANG

mahasiswa uin walisongo semarang. Fakultas syariah dan hukum

Selanjutnya

Tutup

Seni

Jaran Kepang: Eksistensi Seni Pertunjukan Tradisional Masyarakat Jawa Desa Gondang (Oleh: KKN MIT-14 Kelompok 61 UIN Walisongo Semarang)

15 Juli 2022   13:00 Diperbarui: 15 Juli 2022   18:07 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Kesenian dapat diartikan sebagai suatu keindahan yang dapat diresapi dengan suatu rasa, asa, dan pikiran. Eksistensi dari kesenian itu sendiri memiliki kontribusi terhadap identitas  peradaban budaya masyarakat luas. Salah satu wujud dari kesenian yang masih berkembang di masyarakat Gondang adalah Jaran Kepang. Budaya  tersebut sejatinya sudah berkembang di Gondang sejak tahun 1963 hingga sekarang. Namun, pada tahun 1965 sempat meredup sebab dampak dari G30S PKI. Dan kembali muncul pada tahun 1969. 

Antusiasme masyarakat dalam pelestarian budaya tersebut cukup tinggi. Berkaca pada sebuah sanggar yang letaknya berdampingan dengan balai desa yang termuat berbagai alat musik tradisional merupakan pusat tempat berlatih kesenian jaran kepang.

Jaran kepang merupakan seni pertunjukan berupa tarian dengan menunggangi kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Kuda tersebut dijepitkan diantara dua kaki dengan penambahan aksesoris sehingga bentuknya menyerupai kuda sungguhan. Suara alunan musik tradisional mengiringi penyanyi yang melantunkan tembang-tembang, serta para penari yang ber-make up bagaikan prajurit tampak bergerak seirama disaksikan para penonton yang berjubel di sekeliling lapangan.  
Dalam kesempatan berbincang dengan praktisi jaran kepang, mendapati bahwa seni pertunjukan jaran kepang ternyata menyimpan sebuah pesan yang teramat dalam. Tujuan pertunjukan jaran kepang antara lain untuk menghibur masyarakat dan menjadikan sarana dalam menumbuhkan semangat pemberani masyarakat.  Tujuan ini dilambangkan dalam properti yang digunakan oleh para penari, yaitu pakaian prajurit.

Ada banyak yang terlibat dalam pertunjukan ini, mengikuti jumlah babak yang dimainkan dalam sebuah pertunjukan. Jumlah penari akan ditentukan oleh cerita yang disampaikan. Adapun cerita yang disajikan dalam pertunjukan jaran kepang selalu ada bagian yang sama, yaitu para pemain mengalami kerasukan. Inilah bagian yang menarik dan menghibur. Para pemain bisa melakukan hal-hal di luar nalar ketika sedang kerasukan. Misalnya makan beling, makan bunga, menghirup asap kemenyan, dan hal-hal lainnya. Ada kalanya, bagian ini dikemas sedemikian rupa sehingga tontonan menjadi semakin menarik.

Untuk meningkatkan daya tarik, berbagai inovasi baru akan terus dikembangkan. Tarian-tarian modern mulai merambah seni jaran kepang. Sehingga semakin banyak generasi muda yang tertarik dan terjun untuk mengembangkan seni jaran kepang ini. Tidak hanya laki-laki, mulai bermunculan gadis-gadis cantik serta anak-anak dalam seni jaran kepang menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton.

Para pemain alat musik juga berperan penting dalam pertunjukan jaran kepang.  Kebutuhan jumlah pengiring ditentukan oleh alat musik yang digunakan. Kini, alat-alat musik modern mulai dikolaborasikan dengan alat musik tradisional dalam pertunjukan jaran kepang.

Selain itu, dalam pertunjukan  jaran kepang diperlukan pawang yang memiliki peranan penting. Mereka merupakan bagian yang bertanggung jawab mengendalikan pertunjukan sekaligus menyembuhkan para pemain yang kerasukan. Biasanya, para pawang adalah mereka yang dituakan dalam kelompok tersebut.  

Menurut Suraji seorang praktisi jaran kepang, dibalik pertunjukan jaran kepang tersimpan sebuah pesan moral yang diberikan melalui nilai budaya dan agama tentang perlawanan atas penindasan  yang disampaikan secara halus. Harapannya yaitu agar masyarakat, khususnya generasi muda termotivasi, serta terlibat aktif dalam melakukan internalisasi budaya tersebut, karena sejatinya pelestarian seni dan budaya merupakan tanggung jawab bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun