Mohon tunggu...
Robi Ardianto
Robi Ardianto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang bicara cintaAtas nama TuhannyaSambil menyiksa membunuhBerdasarkan keyakinan mereka (I.F)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Malam

29 Desember 2012   00:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:53 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah lelaki normal, sama seperti lelaki pada umumnya, yang menyukai wanita, dan nikotin serta kopi adalah bagian dari temanku. bedanya sobat karib ku adalah minuman beralkohol seperti vodka, jager, wine, dll, selalu menemani jenuh ku. Aku berasal dari keluarga berada, ayah ku seorang saudagar sukses dan pebisnis ulung maklum lulusan dari luar negeri yang katanya bisa menghasilkan lulusan terbaik. memiliki beberapa pom bensin,perusahaan pertambangan, dan perusahaan real estate, dan masih ada yang lainnya. Sedangkan ibu ku, seorang wanita karir mengurusi perusahaan warisan kakek, itulah keluarga kami.

Rumah besar bertingkat, dengan fasilitas yang sangat wah yang kami sekeluarga tempati. Eittsss... meskipun kami sekeluarga tapi aku merasa yang tinggal disini hanya aku, ayah ku selalu sibuk dengan bisnisnya mungkin dalam sebulan hanya pulang sekali kerumah, atau bahkan berbulan-bulan dan itupun hanya untuk ganti baju dan sekedar melepas rindu. Kesibukannya diluar membuat aku sampai lupa kapan terakhir ayah mengelus kepalaku, dengan pelukan hangat seorang ayah.

Ibu ku pun begitu selalu saja sibuk dengan perusahaannya yang diwarisi oleh kakek ku karena dia adalah anak semata wayang. dan arisan nyonya-nyonya kaya yang selalu menampakan kemewahan dalam tubuhnya, tas import, perhiasaan-perhiasaan yang tidak pernah luput dari ajang pamer dari ibu-ibu kaya tersebut. Bahkan, aku bisa menghitung berapa kali aku melihat senyum ibu yang katanya indah itu.

Keadaan sosial aku pun begitu, rumah besar yang aku tempati dibentengi tempok raksasa seakan-akan menutup semua privatisasi keluarga kami, jangankan sekedar menyapa hellow, ketika bertemu di jalan saja kami tidak akan saling mengenal, atau ketika tetangga tepat disebelah kami meninggal beberapa hari yang lalu tidak sama seperti di kampung bi Inah banyak sekali tetangga yang berdatangan untuk mendoakan si mayat, dan masjid ataupun mushola yang mengumumkan jika ada seorang yang meninggal, hal itupun aku mendapat cerita dari bi Inah ketika aku tanya tentang ucapan belasungkawa yang kulihat di rumah yang berada di samping rumah ku, yah mungkin hanya hiasan bunga dan ucapanbelasungkawa tersebut sebagai penghibur duka keluarga mereka.

Nah, kalian bisa melihat betapa jenuhnya hidup yang ku alami di istana tak bertuan yang ku tempati, hanya bi Inah yang sedari dulu menemani ku, mengurusku bahkan dari semenjak aku kecil atau bahkan dari lahir. Karena kata ibu ku bi Inah sudah lama bekerja dengan kakek dan nenek ku, itulah satu-satunya sentuhan hangat yang selalu menemani ku, dan aku merasa bi Inah lah orang tua kandung ku. Dan pak tarjo supir pribadi kami yang selalu mengantarkan aku pergi dan menjemput aku sekolah, bahkan yang menemani bi Inah untuk berbelanja kebutuhan dapur. Sangat menjenuuhkan buka.

Seks, minuman keras, gemerlap dunia malam adalah hal yang kemudian menjadi hobi ku, tempat pelarian kegelisahan ku. Sekolah Menengah Pertama milik swasta yang hanya di Isi oleh orang-orang borjuis, dan keturunan orang yang sangat berada disanalah aku sekolah. Dan pada umur itulah aku mulai menikmati seks, sebut saja maya teman wanita aku alias kekasih, ataupun pacar entah apalah namanya yang pasti dia wanita yang mengajari ku tentang seks, bagaimana mengecup indah bibirnya, bagaimana menikmati setiap lekuk tubuhnya, dan bagaimana menikmati indahnya tubuh seorang wanita.

Maya hampir sama dengan ku, tapi bedanya Maya lebih keras orang tua mereka sudah cerai, berasal dari keluarga Broken Home bahkan maya pernah bercerita padaku, dia selalu melihat ibunya pulang dengan mabuk dan ditemani oleh pria yang menurutnya lebih muda dari ibunya, ditambah lagi disanalah dia mengenal yang namanya seks. Karena dia pernah suatu malam melihat ibunya sedang mencumbu rayu dengan pemuda, bukan pemuda yang pernah aku lihat ketika mengantar kan ibu pulang.

Begitulah, pertama kali aku mengenal yang namanya seks dan sampai saat ini ketika aku menikmati karir ku, seks tetap menjadi bagian hidupku, bukan bersama Maya mantan kekasih ku, atau si Lidya teman TTM-an ku, atau ajeng gadis lugu yang ku rayu dengan gombalan manisku dan kemudian ku menikmati manis tubuh perawannya. Dan kali ini adalah sekretarisku Flora, entah telah berapa banyak cerita tentang nikmatnya tubuh seorang wanita telah ku ukir.

Istana megah yang ku tempati pun, tidak jarang kami mengadakan seks party bersama rekan-rekan ku, dan ditemani dengan beberapa minumal beralkohol kelas atas, dan bagiku itulah surga yang sangat menyenangkan dan yang mengobati ras sepi ku dari kesibukan orang tua ku. Ditambah kelap-kelip dan kerasnya lantunan musik yang tidak teratur club malam seakan-akan seperti alunan doa yang membuat aku lupa segala tentang kerinduanku terhadap keluarga ku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun