Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bulan Terbelah di Langit Amerika: Film Bernas bagi Penonton Cerdas

6 Desember 2015   07:32 Diperbarui: 8 Desember 2015   11:13 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan untuk BTdLA, ia justru didatangi oleh Rangga Almahendra selaku salah satu penulisnya. Ia menawarkan untuk memfilmkan novel tersebut. Dan saat ditanya premis kenapa novel itu akan difilmkan, Rangga menjawab bernas: "Kisahnya unik. Seorang muslimah yang mendapatkan hidayah untuk berhijab justru di negeri non-muslim, Amerika Serikat." Tanpa pikir panjang, Yoen K. pun setuju mengambil hak pembuatan filmnya.

Untuk film BTdLA ini, Yoen K. pun mengucurkan dana besar. Termasuk untuk pengambilan gambar di Amerika Serikat yang tentunya berizin. Ia membantah keras bila pengambilan gambar film-film produksi Maxima Pictures tidak berizin resmi. Bahkan ada pengambilan gambar yang di jalan umum dikawal oleh petugas polisi dari NYPD (New York Police Department).

Tentu saja, target dari produser adalah film ini mampu menembus angka keramat 1 juta penonton. Walau untuk ukuran film Indonesia, ditonton oleh 500 ribu orang pun sudah termasuk laris. Dan itu tentunya akan dibuktikan nantinya pada tayang perdananya di 17 Desember 2015.

[caption caption="Pengambilan gambar yang dikawal NYPD. (Foto: Dok. Maxima Pictures)"]

[/caption]Pengalaman Aktris

Acha Septriasa turut menuturkan pengalamannya selama shooting di AS yang menyenangkan. Urusan akting bagi aktris kelahiran 1 September 1989 itu tentu bukan lagi hal baru. Ia telah bermain di 20 film layar lebar dan banyak sinetron serta film televisi. Namun pengambilan gambar di luar negeri tentu memberikan tantangan tersendiri karena melibatkan sejumlah faktor yang tak ada di Indonesia. Sebutlah seperti cuaca, makanan, hingga kru setempat. Tetapi dengan profesionalisme justru semua itu bisa dengan mudah diatasi.

Bagi aktris bernama asli Jelita Septriasa itu, hal yang menantangnya justru mengadaptasi karakter di novel yang juga penulisnya, Hanum Salsabiela Rais. Karena selain orangnya nyata adanya, ia juga putri seorang tokoh besar negeri ini yaitu Dr. H.M. Amien Rais. Acha sendiri tentunya sudah berinteraksi dengan Hanum sejak pra pembuatan film 99 Cahaya di Langit Eropa (2013). Tetapi baginya, tak ada kebahagiaan yang lebih besar saat Hanum sendiri puas dengan permainannya di film-film yang memerankan dirinya. Bahkan, Amien Rais pun memujinya, "Kamu mirip sekali dengan anak saya."

Pergulatan batin Hanum pun mampu diresapi oleh Acha. Walau hingga saat ini ia belum berhijab, tetapi ia merasa lebih memahami Islam sejak memainkan karakternya. Lebih dari itu, ia sendiri merasakan turut serta "berdakwah" dengan cara bermain film. Terutama bagi publik di Amerika Serikat yang masih kerap memandang minor kepada Muslim.

[caption caption="Acha sebagai Hanum (Foto: Dok. Maxima Pictures)"]

[/caption]Film Bernas Bagi Penonton Cerdas

Bagi saya pribadi, sangat menantikan tayang perdananya di layar perak pada 17 Desember 2015 mendatang. Karena saya sungguh ingin melihat visualisasi yang telah digambarkan dalam buku. Seperti dalam 99 Cahaya di Langit Eropa terutama bagian kedua yang mampu menyuguhkan sinematografi menakjubkan. Saya ingin melihat apakah relief patung Nabi Muhammad SAW yang dipahat di US Supreme Court bisa ditampilkan di film ini. Karena di bukunya, selain jadi kutipan di sampul belakang, juga ada di bagian 42, halaman 206-209. Walau jujur, saya ragu karena adanya kelompok "Islam garis keras" yang bisa jadi membuat film ini akan terhalang bila berani menampilkan sosok Nabi yang bagi sebagian besar umat Islam dipandang tabu digambarkan itu.

Sebagai Muslim yang kerapkali disudutkan oleh pandangan dunia barat yang Yudeo-Kristiani, saya merasa film ini adalah "pembelaan" yang memadai. Dengan berlatar peristiwa 9/11 atau 11 September 2001 yang jadi titik tolak pencanangan "Global War on Terrorism" oleh AS, film ini cukup bagus menyoroti dilema yang dihadapi Muslim di negeri adidaya itu.

Saya sendiri lebih cenderung kepada pandangan karakter Azima. Di novelnya, ia meragukan kejadian 9/11 murni terorisme. Terutama sekali karena runtuhnya menara WTC 7 yang justru sama sekali tidak ditabrak pesawat. Sebenarnya, "teori konspirasi" itu antara lain pernah dibongkar oleh Michael Moore dalam film semi-dokumenter fenomenalnya Fahrenheit 9/11 (2004).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun