Mohon tunggu...
B. Gustiadi
B. Gustiadi Mohon Tunggu... Human Resources - Suka Menulis Suka-Suka

"Terbang melintasi langit dengan sayap itu sebuah impian, sedangkan terbang menggunakan imaji itu yang dinamakan tujuan"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Problematika Pendidikan Lalu Lintas

15 November 2017   13:56 Diperbarui: 15 November 2017   14:13 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muak bukan kepalang melihat segerombolan anak muda berlalu-lalang dengan kendaraannya bak raja jalanan. Itulah makanan sehari-hari warga perkotaan, seperti hal lumrah terjadi tapi itu kesalahan namanya.

Memang bukan bidang saya membicarakan pendidikan, terlebih membahas kurikulum dan kawan-kawannya. Melainkan hanya ingin mencurahkan aspirasi yang mungkin banyak orang rasakan.

Berbicara lalu lintas maka akan merujuk apa sebenarnya impian para pengguna lalu lintas. Lalu lintas yang ideal adalah kondisi dimana para pengendara dan aturan lalu lintas memiliki hubungan yang harmonis. Hubungan itu membuat kondisi jalan raya tertata rapih, sehingga kondisi-kondisi yang tidak diinginkan seperti kecelakaan bisa dihindari semaksimal mungkin.

Bayangkan saja jika ada kondisi para pengguna lalu lintas yang saling mengutamakan keselamatan. Mungkin angka kematian di jalan raya akan menurun drastis. Kondisi ideal berlalu lintas memang sulit rasanya dilihat di negeri tercinta, Indonesia, khususnya di daerah perkotaan yang mayoritas penduduknya memiliki sifat individualis yang tinggi.

Manusia perkotaan cenderung gemar berkompetisi, entah itu urusan pendidikan, percintaan, hingga urusan keturunan. Oleh karena itu tidak aneh jika urusan berkompetisi itu secara tidak sadar mereka terapkan juga di jalan raya.

Dari urusan siapa kendaraan yang paling cantik hingga siapa yang paling cepat mereka adukan di jalan raya. Rambu-rambu di sisi jalan, mereka acuhkan bagai pajangan jalan belaka. Ironis memang jika banyak prilaku kendaraan yang cenderung mementingkan diri sendiri.

Seperti yang awal dibahas, salah satu problematika di jalan raya adalah minimnya pendidikan masyarakat akan lalu lintas. Jarang sekali ada guru-guru yang mengajarkan muridnya tentang pendidikan lalu lintas. Atau sekolah yang menghukum siswanya karena telah melanggar lalu lintas. Bukankah tugas sekolah untuk membentuk generasi muda yang pintar dan peduli dengan sesama ?

Beberapa tahun belakangan setiap pagi kondisi jalan raya mulai sering dipenuhi oleh pengendara yang rata-rata masih menggunakan seragam sekolah. Mending kalau mereka taat aturan, helm pun jarang digunakan, apalagi surat-surat berkendara seperti SIM dan STNK.

Kepala sekolah yang sebelumnya sibuk mengurusi sarana dan prasarana guna menunjang pendidikan siswa-siswanya. Di era moderen ini, mereka harus dipusingkan kembali dengan kegemaran para siswanya membawa kendaraan pribadi, sehingga otomatis pihak sekolah akan menyediakan lahan tambahan untuk parkir kendaraan para siswa.

Yang menjadi pertanyaan apakah pihak sekolah pernah bekerja sama dengan pihak Kepolisian khususnya Satlantas dalam mengatur masifnya kegemaran siswa sekolah berkendara dengan kendaraan bermotor ?

Sesekali terbesit di kepala, mungkinkah pihak Satlantas bersama-sama dengan sekolah rutin merazia kendaraan setiap siswa di sekolah. Hitung-hitung memberikan pendidikan dan efek jera kepada generasi muda untuk taat berlalu lintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun