Mohon tunggu...
Naviz De Vinci
Naviz De Vinci Mohon Tunggu... Perawat - Pembelajar di Universitas Maiyah

sedang terdampar di Baden Wurttemberg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ngonthel, Lifestyle di Jerman

11 Mei 2017   15:14 Diperbarui: 11 Mei 2017   15:16 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kemarin bersama Kolega berkesempatan menemani pasien jalan-jalan sore. Memancing obrolan saya bertanya, apakah kolega saya menyukai olahraga? Berapa sering berolahraga dalam sepekan? Dijawablah oleh kolega kalau dia memang sangat menyukai olahraga, terutama bersepeda, bahkan sering menempuh 100-an Km dari Zwiefalten ke Stuttgart dengan mengendarai sepedanya. Biasanya pula, dia bisa sampai 5 kali dalam sepekan berolahraga dengan rentang waktu antara 2 sampai 3 jam-an. Oh ya, kolega saya ini seorang Ibu paruh baya yang usianya hampir 50 tahun.

Satu contoh diatas, mewakili fenomena yang telah saya lihat selama lebih dari 365 hari tinggal disini. Dimana warga Jerman ditengah teknologi tinggi seperti kereta berkecepatan 250-300 Km/jam, schnellbahn, trem dan berbagai transportasi aman serta tepat waktu lainnya, namun banyak yang tetap memilih menggunakan sepeda sebagai kendaraan utama menuju ke Kantor. Umumnya pula, warga Jerman tetap rajin berolahraga tidak peduli suhu minus, malam-malam gelap ataupun salju turun, mereka tetap jogging, bersepeda, dan jalan-jalan keluar masuk hutan. Maka, jangan heran juga kalau kita sedang mendaki gunung lalu para Bule nyelonong jalan cepat, langsung pulang pergi tanpa banyak istirahat seperti pendaki Indonesia. mereka telah terlatih cukup kuat di medan alam bebas.  

Jerman merupakan salah satu negara yang menjadi surganya pengendara sepeda. Di jalanan, pesepeda memiliki prioritas lebih tinggi dibanding pengendara kendaraan lain. Selain juga itikad mobil, bus, bahkan trem yang mendahulukan pengguna sepeda ketika berpapasan di Jalanan. Disini sepeda diperbolehkan masuk di kendaraan umum seperti trem, kereta api atau bus kota selama tersedia wagon atau tempat untuk sepeda dan membayar tiket sepeda. Jalur sepeda juga telah ditentukan. Jalur tersebut berwarna merah dengan lebar kira-kira 2 meter, berada di bahu jalan utama dan terpisah dari jalur pengguna kursi roda dan pejalan kaki. Jalur ini juga mempunyai lampu pengatur lalu lintas sendiri. Jaringan rute sepeda amat banyak dan dikelola secara rapi. Hari Minggu biasanya jalur sepeda relatif padat. Saat matahari terbit, banyak penggowes sepeda sudah melakukan aktivitasnya.  

Anak-anak juga belajar mengendara sepeda sejak usia dini. Polisi biasanya datang ke sekolah dasar untuk menggelar program surat izin mengendarai sepeda kepada siswa berusia 8 dan 9 tahun. Ini sebetulnya hanya program pengenalan rambu-rambu lalu lintas bagi pesepeda pemula, karena mengendarai sepeda gowes di Jerman tidak perlu SIM.

Menyoal harga sepeda, Harga sepeda di Jerman pun tergolong tidak murah. Untuk E-bike, Electric bicycle atau sepeda listrik menggunakan motor listrik 250 Watt harganya berkisar 400 antara sampai 15.000 Euro. Harga yang cukup fantastis namun sebanding dengan High speed-nya yang minimalnya bisa mencapai 25 Km/jam. Sedang peringkat pertama sepeda listrik tercepat juga terkeren dipegang oleh Hanebrink Hustler (80-MPH), masih dengan kayuhan kaki dan gear transmisi ala sepeda, motor penggerak yang digunakan adalah BLDC hub yang dipasangkan mid drive, kualitas hi-end 8200 W. Jadi, selain sehat, ngonthel, gowes itu keren!

  

 ***Bersambung***

#writingchallenge11

Zwiefalten, 11 Mei 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun