Mohon tunggu...
Naviz De Vinci
Naviz De Vinci Mohon Tunggu... Perawat - Pembelajar di Universitas Maiyah

sedang terdampar di Baden Wurttemberg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muslim Indonesia

20 Mei 2017   04:28 Diperbarui: 20 Mei 2017   05:14 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa bulan lalu saya berkesempatan bertemu teman dari Afghanistan dan Suriah di Kelas Bahasa. Pertama, Seorang Bapak dari Afghanistan sudah cukup lancar berkomunikasi dengan bahasa Jerman, sayangnya beliau belum begitu bagus dalam membaca dan menulis. Karena itulah si Bapak sampai sekarang belum bisa mendapatkan pekerjaan. Daerah asal Bapak tersebut termasuk yang terdampak genderang perang WTC 911 2001 silam. Tentu sebelum memberikan penilaian salah dan benar, wajib kita mencari tahu apa benar gedung sekokoh WTC bisa runtuh hanya karena ditabrak pesawat bajakan? Siapa yang berperan? ada kepentingan apa didalamnya? Seperti apa sesungguhnya kandungan sumber kehidupan di Afghanistan seperti minyak dll? Apa benar di Negara yang katanya super power dunia, bisa kecolongan pesawat bajakan?

Kembali ke Si Bapak dari Afghanistan, Beliau telah lama putus sekolah akibat perang. Dan semenjak perang itu ada banyak pula generasi muda Afghanistan yang hidupnya tak layak, bertahan tanpa perlindungan layak di musim dingin, tiada lagi gedung sekolah, tentu bisa selamat meski beberapa anggota badan putus pun sudah anugrah luar biasa. Perang di Afghanistan kurang lebih menelan korban sekitar 20.000, termasuk warga sipil (Wikipedia).

Sedang, 2 kakak dari teman saya yang datang dari Aleppo, Suriah, telah meninggal. Kedua kakaknya menjadi diantara ribuan orang yang menjadi korban akibat serangan yang membakar, menghujani dengan senjata kimia dan berbagai tindakan tak bernurani di kota tersebut. Suriah sendiri merupakan Negara yang sangat strategis. Ia mejadi penghubung antara tiga benua, yakni benua Afrika, benua Asia dan Benua Eropa. Suriah berbatasan dengan Lebanon, Turki, Irak, Israel, Jordania dan Laut Mediterania. Ia juga mempunyai akses langsung ke Laut Tengah dan posisinya yang berada di simpul jalur sutra. Keberadaan strategis Suriah juga sering disebut “Jantung Timur Tengah” banyak anggapan, jika dapat mengontrol Suriah maka akan mengontrol jalur energi di Timur Tengah. Negara tersebut dilewati oleh pipa-pipa minyak dan gas oleh negara-negara lintas benua. Pengiriman minyak akan lebih efisien dengan jalur pipa yang melewati Suriah karena biaya pengiriman lebih rendah, lebih cepat dan aman. Dua kasus diatas merupakan gambaran kecil dampak jangka panjang dari sebuah peperangan.

Ditengah maraknya gelombang protes agar Negara-negara Timur Tengah (Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Suriah, dan Bahrain), Barat menyebutnya dengan Arab Spring. Ada yang kemudian menggugat, Bagaimana bisa ditengah revolusi besar-besaran yang memakan korban dan berdarah-darah disebutnya sebagai musim semi di Arab?

Beralih ke Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan Muslim terbesar di Dunia. Beratus tahun lamanya hidup berdampingan antara agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Indonesia memiliki 700-an lebih bahasa daerah, 300-an suku, Garis Pantai terpanjang di dunia, dan termasuk Negara Tropis yang digadang-gadang mampu bertahan ketika Krisis Pangan Dunia suatu saat nanti.

Tahun lalu tak sengaja bertemu seorang dokter dari Palestina di Swiss. Dalam pertemuan singkat tersebut, Diantaranya beliau mengucapkann rasa terima kasihnya kepada muslim Indonesia yang masih peduli dengan mereka, saudara muslim di Palestina yang sampai sekarang masih berkonflik dengan Israel. Diantara banyak Negara muslim kaya di Timur Tengah, ternyata tetap yang paling banyak menolong adalah warga muslim dari Indonesia. Tak jarang warga Palestina turut merayakan hari kemerdekaan Indonesia dan menyanyikan lagu Indonesia Raya ketika 17 Agustus tiba. Bagaimanapun di Palestina terdapat Kiblat pertama Umat Muslim dunia, yakni Masjidil-Aqsa (Baitul Maqdis), tempat Kanjeng Nabi Muhammad Saw transit sebelum Isra Mi’raj menuju Sidratul Muntaha.

Cerita lain ketika pergi ke tempat saudara di Hamburg, di dalam Sbahn sepasang suami istri dari Dubai bercerita bahwa sangat banyak bertemu dengan orang Indonesia. Beliau sangat salut dengan suara indah dari Ngaji Al-Qur’an-nya orang-orang Indonesia. Maka, wahai Umat Islam Indonesia, Bersatulah. Ditengah Negara tanpa konflik, kebebasan berkarya, segala fasilitas tersedia. Bangkitlah, Peran anda dinantikan oleh dunia. 

***Bersambung***

#writingchallenges19

Nafisatul Wakhidah

Zwiefalten, 19 Mei 2017 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun