Mohon tunggu...
Naviz De Vinci
Naviz De Vinci Mohon Tunggu... Perawat - Pembelajar di Universitas Maiyah

sedang terdampar di Baden Wurttemberg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Have a good "Journey" Prof Joel

9 Mei 2017   15:38 Diperbarui: 9 Mei 2017   15:49 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua predikat-predikat negatif yang banyak disematkan pada Islam sejak peristiwa 911 di WTC kala itu dan terus berlangsung sampai hari ini memunculkan dampak negatif ataupun efek positif bagi Umat Islam. Dampak negatifnya mungkin banyak orang menjadi phobia agama, tapi di waktu yang sama banyak juga yang menjadi penasaran dengan agama Islam. Apakah benar Islam adalah agama yang keras? Yang menyukai peperangan? Apakah benar Islam mengajarkan demikian? Padahal di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam dan merupakan Negara dengan muslim terbesar di dunia.

Serentetan pertanyaan diatas mungkin yang mengantarkan Professor Joel S. Kahn, seorang Antropolog dari University of Melbourne, Australia untuk benar-benar mengetahui bagaimana Islam. Tak sedikit mahasiswanya yang kini telah banyak berkiprah di Indonesia. Utamanya mahasiswa-mahasiswa yang dahulu beliau ajar di Monash University, Australia. Beliau meyakini bahwa ajaran Islam sebenarnya tidaklah seperti apa yang diberitakan di media-media internasional seperti yang biasa kita ketahui saat ini. Penelitiannya membawa beliau menggali sisi spiritualitas islam dan bagaimana Islam memandang beragam aspek kehidupan, seperti kesenian, musik, dan lingkungan hidup.

Beliau pun terbuka dengan beragam hal yang berkaitan dengan spiritualitas, maka beliau berdiskusi dan 'mencelupkan diri' dengan beragam orang dari lapisan masyarakat yang berbeda-beda. Sebagai seorang Antropolog beliau pun meneliti tentang Islam yang berkaitan dengan politik dan humaniora. Tapi tak perlu saya jabarkan panjang perihal itu.

Spesialiasi keilmuan Prof. Joel adalah penelitian Antropologi mengenai Asia Tenggara. Dalam perjalanannya beberapa tahun terakhir, sebelum menuju ke Negara Indonesia, beliau terlebih dahulu melakukan penelitian di Malaysia. Perjalanan beliau kembali ke Indonesia dimulai sejak tahun 2013.

Indonesia bukanlah negara yang asing bagi Prof. Joel. Puluhan tahun silam beliau pernah mendiami tanah Indonesia untuk penelitiannya dan hidup bersama warga lokal. Perjalanan dan penelitian beliau sejak tahun 2013 di tanah Jawa beranjak dari satu kota ke kota lain. Belajar dan berdiskusi kepada narasumber-narasumber yang sangat beragam. Begitu tulus dan dalam rasa keingintahuan beliau untuk belajar, meski usianya di penghujung 69 menuju 70 tahun.
 Sungguhlah, predikat "lifelong-learner" sangat tepat untuk disematkan kepada beliau.

Beliau menyambangi ragam manusia dengan sejumlah latar belakang yang berbeda. Pembelajarannya tak terbatas pada penelitian akademik, beliau mencari kebenaran dan menggali pengalaman, pun belajar "inner-practice" tentang Islam dan spiritualitas di Indonesia, utamanya di tanah Jawa. Banyak pengalaman perjalanan, diskusi tukar pikiran, dan fase kontemplatif beliau yang disimpan di dalam hati orang-orang dekat yang mengetahui betul bagaimana perjalanan beliau. Dan tidaklah seseorang mengetahui orang lainnya melainkan hanya sedikit, terlebih lagi apabila hanya membaca mengenai seseorang melalui tulisan. Tentu tulisan singkat ini tidaklah dapat menggambarkan pemikiran dan perjalanan hidup beliau secara utuh.

Adalah Teh Nissa Rachmidwiati, asisten penelitian yang menemani perjalanan dan pencarian Beliau tentang Islam, tentang Tuhan selama di Indonesia. Perjalanan dan penelitian beliau juga ditemani oleh 2 asisten lainnya yang terlebih dahulu telah membersamai beliau sebelum akhirnya Teh Nissa turut serta. Menurut Teh Nissa, lingkaran kecil yang hanya terdiri dari 4 orang itu terasa layaknya keluarga meski mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Lingkaran kecil yang begitu tulus saling membantu dan memahami satu sama lain. Salah satu asistennya adalah mahasiswa bimbingan Prof Joel yang sudah belasan tahun bersama beliau di Australia. Ia adalah seorang pria, mahasiswa doktoral berkebangsaan Italia yang sudah seperti anak bagi beliau. Di dalam lingkarannya mereka banyak bertukar cerita mengenai perkembangan 'gelombang spiritualitas' di bumi belahan barat. Ia kerap mengingatkan : "Always remain on the path of light, love and truth, no matter what!" pada beragam pesan yang ditujukan kepada Nissa. Tidak perlu, engkau, saudaraku yang membaca ini coba membayangkan seperti apa personalitas satu orang dan yang lainnya, karena sungguh kita tidak akan pernah dapat mengetahui orang dengan sebenar-benarnya mengetahui.

Saya sendiri diperjalankan bertemu Teh Nissa pada bulan April 2014, dari sekian pertemuan yang masih bisa dihitung dengan jari namun banyak momen dimana kita diharuskan untuk bertemu dan saling tolong menolong. Pertemuan saya dengan Prof Joel sendiri hanya beberapa kali, salah satunya dalam forum International Conference on Islamic Psychology di UGM pada Oktober 2015 silam. Hadir sebagai keynote speaker yakni Prof Robert Frager (Sufi Master in America) dan Prof. Malik Badri (Penulis Dilemma of Muslim Psychologist dari Malaysia).

Hari ini ialah tepat di hari ke-8 sejak Prof Joel kembali keharibaanNya. Kesungguhan, ketangguhan, dan keistiqomahan Beliau dalam mencariNya semogalah diterima disisiNya. Bukankah tugas kita terus menerus mencari, terus menerus berjuang, sedangkan hasil nanti Beliau Allah Swt yang lebih Maha memutuskan tempat terbaik untuk kita.

Jangan kau sesat-sesatkan saudaramu yang mungkin dalam persepsimu belumlah benar. Kita sama sekali tidak mengetahui derita hatinya. Kita bukanlah hakim bagi yang lain dan kita sama-sama pejalan yang mencari cahayaNya dalam rentang waktu yang singkat ini. Allah Swt-lah hakim terbaik.

“Dear Joel, Have a good ”journey” and I hope you find what you are looking for”
 Warmest regards, (-Nissa-)

***Bersambung***

#Writingchallenges9

Nafisatul Wakhidah

Zwiefalten, 9 Mei 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun