Mohon tunggu...
Betrika Oktaresa
Betrika Oktaresa Mohon Tunggu... Administrasi - Full time husband & father. Part time auditor & editor. Half time gamer & football player

Full time husband & father. Part time auditor & editor. Half time gamer & football player

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ryundara dan Murkanya

17 Oktober 2019   22:56 Diperbarui: 17 Oktober 2019   23:06 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit: www.reddit.com

Ryundara mendatangi sebuah sudut ruang gelap. Penuh rasa yakin, Ia mendatangi sisi itu, bukan di sudut-sudut lainnya yang sebenarnya lebih banyak menerima cahaya. Ryundara menarik nafasnya dalam-dalam, menahan rasa yang terasa akan meledak di dadanya. "aku harus selalu menemui lelaki gagal itu!".

Lelaki itu duduk termenung, menundukkan kepalanya, terlihat lesu dengan tatapan mata yang sayu. Ryundara memandang lelaki itu tanpa rasa simpati, tak juga merasa perlu menjaga hati. Ryundara terlalu membenci lelaki itu.

Tanpa ragu, Ryundara berteriak,"Hei manusia gagal, bersembunyipun dirimu di ruang gelap ini, bau busukmu akan selalu membuat setiap orang menyadari keberadaanmu!". Lelaki itu tak mengindahkan sumpah serapah Ryundara.

Ryundara tak mampu menahan dirinya, dan Ia pun tak merasa perlu menjaga amarahnya. Hari ini, aku tidak akan membiarkan ini terus berlarut menjadi beban, ujarnya dalam hati. Lelaki lesu itu bergerak pelan, mengangkat dagunya, memincingkan matanya, menatap Ryundara. "Jika aku adalah kegagalan, terangilah aku atau akhiri saja perjalananku!", teriak lelaki itu berupaya sekuat tenaga, namun hanya terdengar lirih.

"Untuk apa aku membantumu?" tanya Ryundara.

"Untuk apa? Bertahun-tahun kamu mengutarakan kebencianmu padaku, menyiarkan seluruh kegagalanku! Untuk apa?" teriak lelaki lesu itu lirih menahan perih.

"Kamu tanya untuk apa? Tentu untuk menegaskan kepadamu, bodoh! Bahwa kamu adalah kegagalan!" murka Ryundara, "Tapi kamu tak perlu risau, kita telah sampai di titik akhirnya."

Ryundara mengeluarkan sebuah pisau tajam dari dalam tasnya. Ia tancapkan ujung pisau tajam itu tepat di dada kanannya tanpa keraguan. Ryundara menghembuskan nafas terakhirnya. Namun anehnya, Ia masih melihat lelaki lesu itu, bukan dipikirannya tapi di hatinya. Lelaki lesu itu bertanya," kenapa?"

"Aku ingin menjadi bukti penghujung perjalanan mendungmu, kematianku akan menjadi puncak segala kegagalanmu! Aku menghukummu!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun