Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah Selayaknya Bertutur, Mengalirlah Energi Kebaikan

Berbagi pengalaman, kesempatan dan cerita sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Rajut Kebiasaan Menabung dengan Celengan Impian

24 Mei 2021   10:28 Diperbarui: 24 Mei 2021   10:54 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cihuuy, Iyuk sudah masuk, setelah berlibur Lebaran tahun ini. Aku menyambut gembira karena bakal dapat cerita yang seru sepanjang hari ini.

"Mohon maaf lahir batin, mba" sapanya di awal perjumpaan. " Ya, Yuk, sama-sama. Bagaimana Lebarannya, seneng ya ketemu keluarga?"

Jam setengah delapan lewat sedikit itu jam masuk yang dia tetapkan sendiri. Pintu pagar bergeser tanda siap menjalani tugas hari pertama. Hari ini tidak mencuci karena aku sudah mencucinya kemarin, jadi Iyuk bisa langsung menyetrika pagi ini, sambil berdiskusi menu masakan yang sudah dinanti Uti.

Sambil membersihkan kendang-kandang burung, aku mengatakan pada Iyuk untuk senantiasa waspada karena kasus Covid-19 sudah bermunculan di komplek sebelah. Dia kuminta tetap menjalankan prokes, sebelum masuk rumah mencuci kaki dan tangan serta mengenakan masker....walau masih suka kendor. Tapi khusus untuk berinteraksi dengan Uti, aku memintanya mengenakan masker dengan benar.

Dia memulai cerita tentang sanak saudaranya yang berdatangan ke rumah untuk silaturahmi karena suaminya merupakan anak tertua dalam keluarga. Dari adik, ipar, ponakan sampai cucu datang bergantian sampai-sampai Iyuk tak sempat makan saking tamu yang datang beruntun sampai malam.

Para tamu yang datang menikmati sajian makanan yang dia beli karena tahun ini sebenarnya tidak menyiapkan hidangan karena masih suasana pandemi. Suaminya bekerja sebagai penarik becak motor, merasakan sepinya penumpang sejak Corona datang. Sebelum pandemi saja sudah berjuang dengan banyaknya kreditan motor yang murah, membuat kehilangan para pelanggannya satu persatu. Eh, makin sepi sejak kebijakan pembatasan mobilitas warga.

Menurutnya, sejak bulan puasa, praktis suaminya tidak memberikan lagi uang belanja harian, itu karena suaminya harus menyiapkan sejumlah dana untuk "salam tempel" yang akan diberikan pada para ponakan atau cucu yang datang. Uang sejumlah satu juta tak cukup untuk memeriahkan Lebaran, entah jumlah persisnya berapa, tetapi uang yang ditabung sejak bulan puasa masih dirasa kurang.

Menabung, mungkin itu solusi dari kebutuhan salam tempel itu. Iyuk pernah bercerita bahwa untuk Lebaran, dia juga sudah menabung setiap minggunya untuk nantinya dibagikan dalam bentuk kue atau sembako.

Konsep menabung dengan jumlah yang kecil tetapi rutin sebenarnya tidak memberatkan, karena dilakukan dalam waktu yang cukup panjang, setahun misalnya.

Nah, konsep ini harusnya bisa juga dilakukan suaminya untuk memenuhi kebutuhan hari raya, jadi tidak mendadak hanya disiapkan dalam sebulan. Iya kalau dalam sebulan ada uang yang diterima, kalau tidak, tentu makin membuat puyeng karena tidak ada uang yang tersedia.

"Menabung, jangan dihitung, tahu-tahu nanti dapat untung." Ayo, masih ada yang ingat ini lagu dengan judul apa? Kebiasaan menabung yang doeloe sudah kita dapatkan saat kecil, sangat berguna dilakukan sampai sekarang.

Pilihan menabung yang makin variatif, membuat kita bisa memilih jenis tabungan yang sesuai. Nabung di bank, ok. Nabung di perkumpulan arisan sembako seperti yang Iyuk lakukan, ok juga.

Nah, ini juga menabung dengan celengan, persis seperti dulu punya celengan ayam dari tanah liat atau plastik. Itu juga pilihan yang bisa digunakan. Ooo, masih ada yang menabung di bamboo? Ya, silakan, jenis celengan apa saja, tak mengurangi manfaat untuk menabung, dana yang diperlukan untuk sejuta keinginan.

Celengan impian, sebut saja begitu supaya makin semangat saat mencemplungkan uang di dalamnya. Tulis saja apa impian yang ingin terkabul, misal untuk beli sepatu anak, dana pendidikan, beli motor atau seperti Pak'e tadi dana "salam tempel lebaran".

Nah, kalau sudah ada niat menabung, terus disemangati, jangan kendor, isi terus sesuai niatan kita, syukur-syukur kalau ada dana berlebih, kan makin cepat terisi dan tercapai impian kita. Mari kita simulasi, jika meniatkan untuk menabung sehari 2000 rupiah, berapa dalam seminggu, setahun, sebulan? 720.000 dapat tercapai dalam satu tahun, kan. Sulit? Gak dong, menyisihkan dua ribu rupiah, selembar sehari, manfaatnya bisa mendapat sejumlah itu.

Coba simulasi dengan nominal lainnya, 5000 saja sehari! Kalau diniati, dalam tahun depan sudah dapat satu juta delapan ratus ribu rupiah lho. Jadi, benar kan ilmu, tabung sedikit, lama-lama jadi bukit, itu bukti, manjur! Tapi, tentu hanya niat dan keseriusan kitalah yang membuat celengan itu jadi impian. Akan tetap bernama celengan saja kalau tidak ada isinya.

Nah, cerita Iyuk pagi ini membuatku berniat mengajarkan literasi keuangan yang sederhana, hal yang sebenarnya sudah dia lakukan, tapi mungkin perlu dorongan lagi untuk meniatkan sejak jauh-jauh hari agar tidak membuat keuangan di rumah terganggu karena ingin menyiapkan sesuatu yang spesial.

Bukankah menyiapkan lebih awal itu lebih baik dan membuat langkah lebih ringan, gak ngoyo cari setoran demi lebaran tetapi membuat kebutuhan lain harus dikorbankan.

Bener kan tebakanku....hari ini dapat insight untuk menabung dengan celengan impian yang bisa mewujudkan rencana-rencana jangka panjang kita. Ayo, pilih jenis tabunganmu, celenganmu, nominal yang kau rencanakan, isi dan isi, jangan kendor menabung ya.

Salam tempel yang manis,

Beti.MC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun