Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah Selayaknya Bertutur, Mengalirlah Energi Kebaikan

Berbagi pengalaman, kesempatan dan cerita sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Planet Ambaw: Jurus Menulis ala Jurnalisme Warga

20 April 2021   08:32 Diperbarui: 20 April 2021   09:03 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Nour bersemangat sekali membagikan pengalaman menyusun buku perdananya "Planet Ambaw" kepada para kader desa di Lombok dan Jawa Timur. Bukan tanpa sebab beliau antusias sharing tip menulis karena memang cerita yang dibagikan itu lucu tetapi reflektif, seperti cerita tentang para mantan. Wow, 'kan?

Siang itu, aku menemani para pegiat isu perlindungan anak di layar Zoom. Pelatihan jurnalisme warga ini sudah dua kali diselenggarakan. Kegiatan ini merupakan bekal menumbuhkan semangat dan berbagi cerita perjuangan para kader di desa-desa dampingan Program Kesempatan. Program Kesempatan, sebuah program yang dilakukan untuk tujuan pencegahan pekerja anak di sektor pertanian.

Kader desa yang ikut dalam kelas daring ini adalah individu yang tergerak untuk membuat perubahan di desa melalui sosialisasi pemenuhan hak anak dan menjalankan kegiatan bagi warga masyarakat. Ternyata eh ternyata, ide menulis bisa datang kapan saja dan sangat mudah digali. Perjalanan menuju kantor dengan KRLpun bisa digunakan untuk menyelipkan kisah yang humanis dalam keseharian, pesan Pak Nour saat menyampaikan bahan presentasinya.

"Orang cenderung menghindari tulisan yang panjang tanpa arah, tanpa pesan, mengandung pesan politik, dan propaganda. Orang ingin membaca pesan yang menghibur, lucu, mengandung unsur emosi yang mengingatkan/merefleksikan kehidupan mereka", kata Pak Nour memberikan kunci penulisan cerita. Pak Nour telah membuktikan kata-katanya dalam buku Planet Ambaw. Buku ini mengisahkan kehidupan masa kecil dan masa perantauannya. Semua cerita yang ditulis mengandung pesan yang memang harus dibagikan kepada pembaca. Saya yakin, mereka yang membaca buku ini sangat terhibur dan bisa memetik pelajaran.

Peserta pelatihan yang terdiri atas kader dewasa dan anak sangat aktif bertanya dan menggunakan sesi tanya jawab untuk memperdalam informasi yang sudah disampaikan. Seorang anak bernama Cindy menanyakan cara membuat tulisan secara runtut. Tak disangka-sangka, dalam buku beliau, ada juga judul tulisan tentang Cindy, sosok teman masa lampau yang menarik untuk disimak. Menurut Pak Nour, alur cerita bisa dibuat tak terduga. Pembaca bisa diajak menikmati alur yang tidak biasa. "Jangan seperti film India, lo, yang selalu bisa ditebak jalan ceritanya, pak polisi selalu datang belakangan," tambah Pak Nour. Beliau ingin menegaskan bahwa tulisan bisa variatif.

Dalam sesi diskusi, ada tantangan bagi para peserta untuk menuliskan cerita atau caption yang akan diunggah di media sosial masing-masing. Ada dua peserta yang mendapatkan buku Planet Ambaw karena tulisan yang diunggah memuat kisah tentang pekerja anak yang terluka akibat kerja dan tentang kegiatan bersama Forum Anak Desa. Dua tulisan tersebut bisa menjadi bagian dari kampanye perlindungan anak. Anak-anak belum bisa melakukan pekerjaan seperti orang dewasa karena kemampuan mereka tidak setara dengan orang dewasa. Pesan inilah yang harus disampaikan terus-menerus oleh para kader desa agar masyarakat mempunyai kesadaran dalam pencegahan pekerja anak. Tulisan tentang kegiatan Forum Anak Desa terpilih karena mempromosikan akses kegiatan bagi anak-anak desa selain bersekolah.

Diskusi daring kali ini memang tidak memberikan teori kepada peserta, tetapi langsung mengajak mereka praktik, mulai dari membuat postingan di media sosial, mengumpulkannya, dan meramunya menjadi buku yang ringan dibaca. Tips menyusun buku ini dibagikan agar para kader punya rencana untuk mendokumentasikan dan membagikan apa yang sudah dikerjakan.

Buku Planet Ambaw yang diramu ini menjadi bagian dari upaya menggerakkan literasi bagi anak-anak di Kaltara. Provinsi termuda di Indonesia ini masih memerlukan perhatian dan dorongan agar anak-anak di sana juga mempunyai akses pendidikan yang baik. Sebagai  orang asli Tidung, Pak Nour berharap buku ini menjadi penyemangat anak-anak untuk belajar sekaligus menjadi media untuk berdonasi. Kisah-kisah dalam buku yang tidak dijual ini bisa dinikmati dengan cara memberikan donasi bagi taman baca di Kaltara. Sebuah tujuan mulia ternyata bisa dimulai dari gerakan menulis.

Jadi, jangan ragu untuk menulis. Dengan menulis, gagasan kita tidak hilang dan kita punya dokumentasi sejarah. Di samping itu, kita bisa memberikan ide dan wacana kepada banyak orang, apalagi jika dibagikan melalui media social.

Siapa mau ikut gerakan menulis sebagai jurnalisme warga?

Catatan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun