Mohon tunggu...
Besse Herdiana
Besse Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Its me

Saya perempuan yang selalu gagal menghibur diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lajang

15 Mei 2021   21:57 Diperbarui: 15 Mei 2021   22:13 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terakhir kali saya bersama Lim si manusia es yang keturunan tionghoa campuran jawa.  Dia mirip bapak dalam hal menghemat kata-kata. Kadang-kadang saya mendapati diri dalam kebekuan sebab dinginya. 

Lim yang selalu melihat bayangan perempuan lain dalam diriku. Bersama Lim saya paham bahwa yang bejat dan baik tidak betul-betul kelihatan baik. 

Lukanya tetap sama yang berbeda adalah cara memberikan luka. Sebelum dengan Lim saya bersama Si A tapi nyatanya saya tak pernah berhasil membunuh iblis.

Seperti yang lalu-lalu semua akan berakhir di pesta dengan ritual yang berbeda dan beragaim macam adat. Kadang-kadang di gereja kadang-kadang di gedung dan kadang-kadang di mesjid. Memberikan selamat memasang wajah ceria, lalu apalagi?? Dan sekarang saya sedang berada di sebuah perjamuan pesta.

 Pesta dari pemilik sekaleng sprite, sebut saja si P yang merupakan pelayan tuhan. Kami bertemu natal tahun lalu. Kisah yang cukup singkat, berakhir setelah membacakan sajak Aslan Abidin "Kutunggu Kau di Stasiun Kota Sodom".  Sebuah perhelatan sederhana digelar untuk merayakan pernikahannya, mengucap janji suci di depan pendeta. 

Dengan langkah pasti saya meninggalkan gereja menyusuri jalanan sepi nan dingin. Sepanjang jalan bunyi high heelsku berdetak, berirama. Entah kenapa sesuatu kembali mengusik.  

Saya terus berpikir tentang narasi seorang laki-laki yang tak pernah kehilangan imajinasi tentang perempuan dan kenangan, dia yang kini terbaring di keabadian sana. 

Dan mungkin saja sekarang dari atas sana dia melihatku. Melihatku betapa bodohnya saya, ah tidak, dia tidak mungkin mengatakan saya bodoh, dia mungkin saja akan mengatakan saya sudah melakukan hal yang benar. 

Dia yang selalu mengatakan bahwa pernikahan bukan hanya soal penyatuan, ada peristiwa besar yang turut menyertai di dalamnya. Peristiwa penyatuan antara ego laki-laki dan ego perempuan untuk sebuah kebersamaan. 

Maka benar ketika dia menyarankan untuk tidak melukakan perayaan untuk sebuah pesta pernikahan, karena katanya foto-foto yang diambil dengan kamera paling cantik akan menjelma menjadi hantu yang mengerikan manakala tujuan akan penyatuan kebersamaan itu berakhir dengan sempurna. 

Tentunya aku tidak mengharapkan hal ini akan berlaku untuk siapapun. Semua orang akan berbahagia dan saya akan tetap menghadiri perayaan emas pernikahan mereka dan tetap memeluk diri sendiri.

***

        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun