Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tambah Wawasan Melalui Benda Filateli

10 Juni 2017   14:46 Diperbarui: 10 Juni 2017   15:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filateli adalah hobi mengoleksi dan mempelajari prangko serta benda pos lainnya. Iya, benda pos lainnya, karena yang dikoleksi bukan hanya prangko. Para filatelis – sebutan untuk mereka yang menyukai hobi filateli – juga mengoleksi sampul (amplop) surat dan kartu pos yang pada sampul maupun kartu pos sudah sekaligus dicetak prangkonya.

Mereka juga mengumpulkan sampul surat dan kartu pos yang dikirim melalui kantor pos. Mereka senang melihat dan mempelajari cap (stempel) posnya, serta cap-cap lain yang diterakan di atas sampul surat dan kartu pos itu. Sekarang dengan hadirnya teknologi dengan carik atau stiker barcode yang ditempelkan pada sampul surat sebagai tanda untuk mengecek kiriman surat, itu pun mereka koleksi.

Bukan hanya itu. Produk-produk pos seperti souvenir sheet (lembar kenangan), yaitu prangko yang bagian tepinya dibuat lebih lebar dan diberi cetakan pelengkap desain prangko tersebut, atau pun prangko dalam bentuk full sheet (satu lembaran besar), juga dikumpulkan. Ditambah lagi Sampul Hari Pertama yang dalam Bahasa Inggris disebut First Day Cover, suatu sampul surat yang di bagian kiri depan dicetak gambar dan tulisan yang satu tema dengan prangko baru yang ditempel di bagian kanan atas sampul itu dan dibubuhi cap pos khusus hari terbit pertama, ini pun juga disukai.

Masih ada lagi, Sampul Peringatan yaitu sampul surat yang diterbitkan khusus untuk memperingati suatu peristiwa atau kegiatan penting.  Bahkan ada pula filatelis yang khusus mengoleksi sampul surat dan kartu pos yang dikirim melalui pos udara (airmail), sampai kolektor kartu-kartu pos wesel. Ini adalah kartu pengiriman uang yang dilakukan dulu melalui kantor-kantor pos.

Jadi jelas, koleksi filateli lebih dari sekadar prangko saja. Ini yang menjadikan filateli bukan sekadar hobi mengoleksi, tetapi juga mempelajari koleksi yang dimiliki. Tak heran bila dikatakan bahwa melalui filateli kita dapat menambah wawasan.

Ambil contoh dengan menggunakan prangko. Di banyak lembaga pendidikan, baik formal maupun informal dan nonformal, prangko sudah menjadi sarana belajar. Melalui desain prangko, seorang dapat belajar banyak hal. Prangko flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang diterbitkan Indonesia misalnya, hampir semuanya dilengkapi nama Latin dari tumbuhan atau hewan itu. Jadi dengan melihat gambarnya, seorang dapat belajar nama Latin objek tersebut.

Tentu bukan hanya itu. Prangko yang ada dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi lebih lengkap. Misalnya prangko bergambar Orangutan yang diterbitkan Pemerintah RI pada 1989. Satu set prangko yang terdiri dari empat desain gambar berbeda ini, termasuk yang banyak disukai filatelis di dalam negeri maupun di mancanegara.

Pada prangko itu, seseorang bisa membaca nama Latin-nya, Pongo pygmaeus. Masih pada prangko yang sama, di situ juga ada lambang bergambar Panda dan tulisan WWF. Seseorang dapat mencoba memahami mengapa ada lambang itu, lambang dari organisasi apakah itu, dan apa hubungannya dengan Orangutan. Tentu termasuk pula habitat orangutan, pola makan dan sebagainya, bisa dipelajari dengan mengawali melihat gambar prangko itu. Untuk mendalaminya, bisa membuka buku atau cari di internet.

Kartu pos zaman pendudukan Jepang yang diberi cetak tindih warna merah tulisan
Kartu pos zaman pendudukan Jepang yang diberi cetak tindih warna merah tulisan
Belajar sejarah juga dapat dengan memanfaatkan sebuah kartu pos, seperti contohnya kartu pos yang diterbitkan di zaman pendudukan Jepang di Indonesia, namun kemudian pada bagian prangkonya diberi cetak tindih berwarna merah. Tulisan dengan aksara Jepang pun dicoret dan diganti tulisan “KARTOEPOS”. Ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah merdeka dari penjajahan Jepang. Tapi mengapa masih menggunakan kartu pos dari zaman pendudukan Jepang? Nah, ini yang bisa dipelajari dari buku dan informasi sejarah yang ada.

Menarik pula isi kartu pos itu. Walaupun ini bukan bidang yang banyak diteliti para filatelis, tetapi membaca isi surat atau kartu pos sebenarnya cukup menarik. Misalnya kartu pos tadi yang ditujukan kepada seorang dokter (mungkin pejabat) di Kementerian Kesehatan di Jakarta, yang isinya meminta dokter pengganti untuk ditempatkan di Wonogiri.

Masih banyak lagi yang bisa dimanfaatkan untuk menambah wawasan dari benda-benda filateli yang ada. Bagi yang ingin tahu lebih banyak tentang prangko dan benda filateli, ada kesempatan “emas” dalam waktu dekat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun