Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

SBY Tokoh Peduli, Bukan Bapak Permuseuman

17 Oktober 2016   08:04 Diperbarui: 17 Oktober 2016   15:01 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak SBY ketika menerima piagam penghargaan dalam acara puncak

Berita di Harian Kompas (baca di sini) dan di media massa lainnya  (baca di sini: https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-sby-cinta-terhadap-museum-hingga-dinobatkan-bapak-permuseuman.html)  yang menyebutkan SBY dinobatkan sebagai Bapak Permuseuman Indonesia, mendapat tanggapan beragam dari masyarakat, terutama kalangan penggiat museum, pengamat, pencinta, dan ahli museologi (studi tentang museum) di Indonesia. Masalahnya, banyak di antara mereka yang tahu bahwa sebenarnya ada sejumlah tokoh yang lebih cocok diberi penghargaan Bapak Permuseuman Indonesia. Misalnya Amir Sutaarga, tokoh museum yang hampir sepanjang hayatnya mengabdikan diri pada pengembangan permuseuman di Indonesia (baca infonya di sini).

Di luar Amir Sutaarga, ada pula yang menyebut nama Bambang Sumadio. Beliau adalah seorang arkeolog yang pernah memimpin Museum Nasional dan pengembangan museum-museum di Indonesia. Kemudian ada beberapa nama lainnya, walaupun memang umumnya para pemerhati, penggiat, dan ahli museologi di Indonesia lebih sepakat mengedepankan nama Amir Sutaarga sebagai Bapak Permuseuman Indonesia.

Jadi, kenapa SBY tiba-tiba bisa dinobatkan sebagai Bapak Permuseuman Indonesia dan beritanya tersebar di berbagai media massa? Saya pun berusaha mencari tahu kepada panitia penyelenggara acara “Museum Awards” yang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, akhir pekan lalu. Melalui teman yang bekerja di salah satu museum di Jakarta, saya mendapatkan nama dan nomor kontak panitia penyelenggara tersebut.

Musiana Yudhawasthi, Ketua Pelaksana Museum Awards 2016, dalam penjelasannya melalui email menginformasikan bahwa “Museum Awards” merupakan kegiatan yang murni datang dari kepedulian Komunitas Jelajah terhadap kondisi permuseuman Tanah Air. Pada tahun ini untuk menyelenggarakan acara puncak bekerja sama dengan Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat dan TMII.

Dijelaskannya juga, ada 4 kategori utama, 2 kategori tematik dan 4 kategori khusus dalam “Museum Awards” yang sudah untuk kelima kalinya diselenggarakan itu. “Terkait Bapak SBY anugerah yang diberikan adalah Anugerah Purwakalagrha kategori Tokoh Peduli Museum,” jelasnya.

Dalam siaran pers yang dilampirkannya, Musiana Yudhawasthi dari Komunitas Jelajah yang menyelenggarakan acara itu menyebutkan, penilaian dilakukan selama setahun terhadap lebih dari 200 museum di seluruh Indonesia. Sedangkan dewan juri yang terdiri dari Prof. Wiendu Nuryanti, PhD sebagai ketua, dan 4 juri lainnya yakni Ahmad Fuadi, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Anggit Hernowo. dan drs. Nunus Supardi. “Melalui serangkaian diskusi dan sidang akhir pada tanggal 5 September 2016 dewan juri telah memutuskan untuk memberikan anugerah dalam empat kategori utama, yaitu Museum Pintar, Museum Cantik, Museum Bersahabat dan Museum Menyenangkan,” tulisnya melalui email.

Hasilnya, untuk kategori Museum Pintar peraih anugerah yang diberi nama Purwakalagrha adalah Museum Sandi (DI Yogyakarta), Museum Cantik diraih oleh Museum Tjong A Fie Mansion (Sumatera Utara), Museum Bersahabat adalah Museum Provinsi Kalimantan Barat, dan Museum Menyenangkan adalah Museum Lukisan Sidik Jari (Bali).

Ada juga anugerah untuk kategori tematik, yaitu Museum Tematik Sains, Teknologi dan Sejarah Alam yang dimenangkan oleh Museum Kayu Sampit (Kalimantan Tengah), serta Museum Tematik Eksplorasi Kearifan Lokal yang diraih oleh Museum Asmat TMII (DKI Jakarta). Sedangkan untuk kategori khusus, ada empat penghargaan yang diberikan. Mulai dari Perguruan Tinggi Peduli Museum yang diraih Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung, Jawa Barat), lalu Media Peduli Museum yang dimenangkan oleh MetroTV, Pengabdian Sepanjang Hayat diberikan untuk I Nyoman Gunarsa, dan Tokoh Peduli Museum yang dianugerahkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono.

Jadi seperti dikatakan pihak panitia dari Komunitas Jelajah, “Terkait Bapak SBY anugerah yang diberikan adalah Anugerah Purwakalagrha kategori Tokoh Peduli Museum”. Berarti bukan menobatkan beliau sebagai Bapak Permuseuman Indonesia.

Namun mengapa media massa termasuk Harian Kompas yang terkenal teliti dan cermat itu sampai mengutip bahwa SBY dinobatkan sebagai Bapak Permuseuman Indonesia? Mungkin jawabannya bisa dilihat dari akun Instagram Ketua AMI Pusat yang diberikan seorang teman. Di situ dimuat foto SBY sedang menerima piagam penghargaan dan dituliskan, “Asosiasi Museum Indonesia dan Berbagai Komunitas & Organisasi Museum Indonesia Mendaulat Presiden RI ke-6 Bapak Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Permuseuman Indonesia dan Juga Tokoh Nasional Peduli Museum ….. dan seterusnya”.

Jadi mana yang benar? Pihak penyelenggara sendiri sudah menjelaskan bahwa penghargaan yang diberikanadalah Tokoh Peduli Museum, bukan Bapak Permuseuman Indonesia. Bahkan melalui Group WA, diberikan juga penjelasan yang kemudian dibagikan melalui akun Facebook seorang teman sebagai berikut: “Kami hendak meluruskan, bahwa kami dan Dewan Juri Museum Awards 2016 TIDAK memberikan gelar Bapak Permuseuman Indonesia kepada Bapak SBY. Kami dan Dewan Juri sama sekali tidak tahu menahu tentang proses dan kriteria pemberian gelar tersebut. Yang diberikan oleh Dewan Juri Museum Awards 2016 adalah Tokoh Peduli Museum. Hal ini kami berikan setelah melalui perdebatan cukup panjang di antara Dewan Juri Museum Awards 2016 yg diinisiasi oleh Komunitas Jelajah. Demikian klarifikasi ini kami sampaikan agar tidak menjadi polemik dan kerancuan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun