Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membagi Pengalaman di Museum Basoeki Abdullah

4 Juni 2017   21:22 Diperbarui: 4 Juni 2017   21:37 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster workshop penulisan di Museum Basoeki Abdullah. (Foto: KPBMI)

Kenapa museum di Indonesia jarang pengunjungnya? Mengapa anak-anak lebih senang bermain di tempat permainan yang ada di pusat perbelanjaan daripada datang ke museum, meski pun untuk bermain di pusat perbelanjaan harus mengeluarkan uang berkali-kali lipat dibandingkan tiket atau harga karcis museum yang jauh lebih murah?

Banyak jawaban yang bisa diberikan. Salah satunya antara lain karena museum-museum kurang dikenal. Keberadaan museum kurang banyak diketahui. Apalagi koleksinya, banyak yang tak tahu. Padahal tidak sedikit koleksi museum yang sangat bernilai, bagus, indah, dan bahkan terbilang “masterpiece” atau mahakarya, yang sangat pantas dilihat oleh setiap orang.

Untuk memberi tahu masyarakat, salah satunya adalah dengan menulis secara populer tentang museum dan koleksi-koleksi yang ada di dalamnya. Tulisan-tulisan yang mudah dicerna masyarakat, juga foto-foto menarik, sangat dibutuhkan. Tulisan dan foto itu harus disebarluaskan ke masyarakat. Baik melalui media cetak, media online, maupun media sosial.

Inilah bahasan yang saya sampaikan dalam workshop penulisan karya ilmiah populer yang diadakan di Museum Basoeki Abdullah di Jakarta Selatan, pada Sabtu, 3 Juni 2017. Workshop yang diselenggarakan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) itu didukung oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Keb udayaan serta Museum Basoeki Abdullah.

Penulis di depan Museum Basoeki Abdullah. (Foto: R. Andi Widjanarko)
Penulis di depan Museum Basoeki Abdullah. (Foto: R. Andi Widjanarko)
Tak kurang dari 30 peserta yang ikut berasal dari komunitas pencinta museum dan budaya, Pramuka, dan guru sejarah. Mereka sangat antusias ketika saya membagi pengalaman bagaimana cara mempromosikan museum dan koleksi yang ada, melalui tulisan-tulisan populer yang dilengkapi foto-foto menarik.

Mulai dari cara membuat judul dan alinea (paragraf) pertama yang menarik, sampai memilih sudut pandang untuk menulis tentang museum dan mengajak masyarakat luas semakin senang datang ke museum. Tak terasa, workshop yang dimulai sekitar pukul 13.30 WIB, selesai menjelang saat berbuka puasa, dan para peserta mengemukakan bahwa mereka mendapatkan tambahan wawasan dan ilmu untuk menulis tentang museum dan juga tentang kebudayaan umumnya, secara lebih populer.

Catatan Minggu pagi, 4 Juni 2017: tulisan ini selesai dibuat pada Sabtu, 3 Juni 2017, malam hari, namun belum sempat diunggah di mana pun, karena saya tertidur dan bangun terbangun pada Minggu pagi. Walaupun terlambat, semoga tulisan pendek ini tetap bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun