Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pramuka Diajak Populerkan #PramukaPemajuKebudayaan

28 Agustus 2020   23:29 Diperbarui: 28 Agustus 2020   23:31 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Pramuka ternyata berperan cukup penting untuk ikut memajukan kebudayaan nasional. Hal itu terbukti dari berbagai kegiatan kepramukaan yang baik langsung maupun tidak langsung ikut memajukan kebudayaan nasional. Demikian antara lain rangkuman kesimpulan dalam webinar "Peran Pramuka Dalam Pemajuan Kebudayaan" yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pada Jumat, 28 Agustus 2020 siang.

Tampil sebagai narasumber dalam webinar tersebut adalah Kak Berthold Sinaulan dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Kak Triana Wulandari dari Satuan Karya (Saka) Widya Budaya Bakti (SWBB), dan Kak Ramon Y. Tungka, seorang presenter dan aktor yang banyak berpetualang di alam terbuka. Sedangkan sebagai pemantik (moderator) adalah DIrektur PTLK, Kak Judi Wahjudin.

Webinar kali ini ternyata mendapat sambutan hangat dari para peminat. Peserta yang ikut melalui aplikasi Zoom mencapai 300 orang, ditambah lagi yang mengikuti melalui Youtube. Mereka adalah para tenaga pendidik, para pamong Saka SWBB, Pembina Pramuka, maupun kalangan umum yang berminat dari seluruh provinsi di Indonesia.

Dalam paparannya, Kak Berthold Sinaulan membahas keberadaan Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan UU No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kak Berthold mengawali dengan mengungkapkan bahwa slogan yang tertulis pada logo Kemendikbud "Tut Wuri Handayani", sebenarnya juga menjadi bagian penting dalam Gerakan Pramuka. Pada Pasal 10 UU tentang Gerakan Pramuka, disebutkan mengenai sistem among dalam pendidikan kepramukaan, yang antara lain juga menyebutkan bagian "di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian (tut wuri handayani)".

Selanjutnya, dibahas pula tentang asas Gerakan Pramuka yaitu Pancasila, senada dan sebangun dengan asas UU Pemajuan Kebudayaan, yang intinya berasaskan toleransi, keberagaman, kesederajatan, dan tolong-menolong. Bukan hanya itu, tujuan Gerkaan Pramuka dan tujuan UU Pemajuan Kebudayaan juga senada, antara lain menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.

Syarat Kecakapan Umum dan Syarat Kecakapan Khusus yang dapat disebut semacam kurikulum pendidikan bagi para peserta didik Pramuka (Siaga 7-10 tahun, Penggalang 11-15 tahun, Penegak 16-20 tahun, dan Pandega 21-25 tahun), isinya juga sejalan dengan tujuan UU Pemajuan Kebudayaan.

Khusus untuk Penegak dan Pandega, sejak diputuskan keberadaannya pada Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Desember 2013, juga telah ada Saka Widya Budaya Bakti. Kak Triana Wulandari yang ikut membantu "melahirkan" Saka itu menceritakan sejarah keberadaan Saka tersebut dan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh SWBB.

Sementara Kak Ramon Tungka mengungkapkan pengalamannya sewaktu menjadi anggota Gerakan Pramuka, yang berguna bagi aktivitasnya saat ini, baik sebagai penggiat seni budaya maupun pencinta kegiatan alam terbuka. Gerakan Pramuka dengan Dwi Satya dan Tri Satya serta Dwi Darma dan Dasa Darma yang merupakan kode kehormatan Pramuka, telah membantu seseorang mempunyai jiwa yang menghargai keberagaman, saling tolong-menolong, dan ikut merawat seni budaya maupun alam di sekitar kita.

Kak Berthold juga menambahkan mengenai aktivitas World Organization of the Scout Movement (WOSM), sebagai organisasi dunia kepramukaan/kepanduan yang telah menjalin kerja sama dengan UNESCO (Badan PBB untuk Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan). Terutama dengan kegiatan yang disebut Patrimonito. Ini adalah kata dalam Bahasa Spanyol yang berarti "warisan kecil", untuk menggambarkan anak-anak dan remaja di seluruh dunia yang siap membantu merawat dan melestarikan warisan dunia (world heritage), baik berupa warisan alam maupun warisan budaya.

Pada akhir bahasannya, Kak Berthold mengajak untuk mempopulerkan slogan dengan tagar (hashtag) #PramukaPemajuKebudayaan. Tagar yang bermakna setiap Pramuka harus siap membantu memajukan kebudayaan nasional, tentunya melalui upaya memajukan kebudayaan lokal di tempat masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun