Memang, mengadakan lelang tidaklah mudah. Untuk itu, sejumlah balai lelang atau perkumpulan hobi benda koleksi, biasanya menerapkan syarat-syarat tertenu. Mulai dari verifikasi. Yang mau ikut lelang harus diverifikasi, harus diketahui identitas lengkapnya. Itulah sebabnya, lelang-lelang yang diselenggarakan perkumpulan hobi biasanya lebih senang kalau peserta lelang adalah anggota perkumpulan itu sendiri, atau orang-orang yang memang dikenal baik oleh perkumpulan tersebut.
Di sejumlah tempat, peserta lelang bahkan harus menyetor uang jaminan sebelum bisa mengikuti lelang. Uang ini akan dipotong bila memenangkan lelang dengan harga tertentu, dan dikembalikan ke pemiliknya bila yang bersangkutan tidak menang lelang.
Bila lelang terbuka artinya peserta lelang memang hadir di acara itu, dapat pula dilakukan semacam "skrining" sebelum seseorang dibolehkan ikut lelang. Verifikasi, uang jaminan, atau biasanya ada panitia lelang yang memang sudah terlatih mengetahui gelagat dan perilaku orang, apakah yang bersangkutan benar-benar mau ikut lelang dan mampu membayar, atau hanya iseng, atau bahkan ada juga yang hadir sekadar ingin menikmati makan dan minum gratis. Beberapa acara lelang terbuka memang menyediakan makanan kecil dan minuman gratis bagi para peserta lelang.
Untuk lelang tertutup semacam lelang tertulis atau yang peserta tidak harus hadir secara fisik seperti ketika lelang motor Gesits tadi, verifikasi adalah keharusan yang tak dapat ditinggalkan. Bukan sekadar menyerahkan fotokopi atau scan tanda pengenal seperti SIM dan KTP, tetapi ada juga yang mensyaratkan harus menyerahkan nomor rekening bank yang namanya pada rekening bank itu sama dengan nama di tanda pengenal milik calon peserta lelang.
Cara ini paling tidak bisa mengurangi "lelang kacau" seperti yang dilakukan M Nuh dan perempuan di lelang kartu telepon pada 1990-an tadi.