Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Museum, Pramuka Dapat Berkontribusi

18 Mei 2020   12:27 Diperbarui: 18 Mei 2020   12:43 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Pramuka di sejumlah negara dan lambang badge Patrimonito (kanan atas). (Foto: BDHS)

Dunia yang lebih baik tentu saja termasuk merawat dan melestarikan tinggalan budaya dan sejarah dari masing-masing negara. Warisan budaya itu merupakan kebanggaan nasional dan bagian dari sejarah panjang suatu negara. 

Dalam konteks global, warisan budaya adalah tanda pengingat bagi seluruh umat manusia mengenai sejarahnya, sekaligus kesempatan untuk kembali belajar dari sejarah, berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan sama, dan bila ada hasil sejarah yang sudah bagus sebaiknya dipertahankan, kalau perlu ditingkatkan.

Program ini juga berusaha meningkatkan kesadaran baik Pramuka/Pandu maupun masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian warisan budaya. Di samping mempromosikan sikap warga dunia yang aktif, cinta damai, dan saling toleran satu sama lain. 

Melalui program Patrimonito ini diharapkan timbul dan berkembangnya kesadaran kaum muda terhadap warisan budaya yang ada, dan dapat menggerakkan kaum muda untuk lebih menaruh perhatian pada suku-suku "asli" atau komunitas adat yang masih ada.

Setelah mengikuti program ini, para Pramuka atau Pandu yang aktif berpartisipasi bisa mendapatkan penghargaan berupa badge Patrimonito. Tentu saja ada syarat tertentu. Misalnya, yang dapat menerima dan menggunakan badge ini adalah yang berusia antara 15 sampai 26 tahun, yang kalau di Indonesia termasuk peserta didik golongan Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega. 

Lalu setelah itu, berusahalah melaksanakan program terkait warisan budaya, baik berupa situs maupun bangunan yang terdaftar dalam daftar UNESCO (untuk jelasnya dapat dilihat di tautan ini dan tautan ini).

Memang, program Patrimonito itu tidak secara langsung menyebut kata "museum". Namun sebagaimana diketahui bahwa banyak museum merupakan juga bangunan cagar budaya dan isi museum itu merupakan warisan budaya bersejarah. Jadi, tentu saja tak berlebihan bila Pramuka ikut pula berkontribusi merawat dan memajukan museum, baik melalui program Patrimonito maupun melalui kegiatan kepramukaan secara umum.

Museum Pramuka

Sebagian koleksi museum kepanduan di Belanda. (Foto: BDHS)
Sebagian koleksi museum kepanduan di Belanda. (Foto: BDHS)
Bicara soal museum dan Pramuka atau Pandu, di banyak negara museum kepramukaan sudah banyak berdiri. Di Amerika Serikat misalnya, bahkan hampir setiap negara bagian memiliki museum masing-masing. Di Eropa demikian pula. 

Ketika berkunjung ke Belanda pada 2019, penulis berkesempatan berkunjung ke Museum Nasional Kepanduan Belanda di Baarn. Bahkan di sana, terdapat pakaian seragam Pramuka Putri dari Indonesia.

Koleksi benda memorabilia kepramukaan Indonesia juga terdapat di museum kepramukaan sejumlah negara lainnya. Di Museum Kepanduan Chihuahua di Meksiko, seragam Pramuka Indonesia juga terpampang. Begitu pula di Museum Kepanduan yang terletak di pusat pendidikan dan pelatihan Kepanduan Inggris, Gilwell Park, ada setangan leher Pramuka Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun