Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cipto Mangunkusumo Pernah Dituduh PKI

29 Oktober 2018   14:52 Diperbarui: 29 Oktober 2018   15:31 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian orang mungkin hanya mengenal Dokter Tjipto Mangoenkoesoemo atau dalam ejaan masa kini ditulis Cipto Mangunkusumo sebagai nama rumah sakit. Tepatnya, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo yang terletak di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Rumah sakit yang menjadi rujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang diderita para pasien, bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga dari banyak kota lain di Indonesia.

Orang juga mungkin hanya tahu, Cipto Mangunkusumo adalah Pahlawan Nasional, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah RI melalui Surat Keputusan Presiden Soekarno Nomor 109/TK/1964 tertanggal 2 Mei 1964. Soekarno atau Bung Karno memang kenal dekat dengan Cipto Mangunkusumo, bahkan banyak belajar dari sang dokter tentang gagasan-gagasan nasionalisme.

Seperti dikatakan Prof. Dr. Djoko Marihandono dalam diskusi "Tjipto: Pergerakan Politik Sang Dokter" yang diadakan di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta pada Senin, 29 Oktober 2018, Bung Karno yang menyebut Cipto dengan "onze Tjip' (Tjip kami), awalnya karena melihat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, maka Bung Karno ingin menyusun nasionalisme Pan-Islami. Tetapi setelah berdiskusi panjang lebar dengan Dokter Cipto Mangunkusumo, maka Bung Karno sepakat untuk memilih nasionalisme kebangsaan sebagai nasionalisme bangsa Indonesia.

Diungkapkan pula dalam diskusi yang narasumber lainnya adalah Iswara N Raditya, seorang penulis dan pengamat sejarah, bahwa Cipto pernah dituduh komunis atau PKI. Hanya gara-gara fotonya dipajang di pameran yang diadakan oleh PKI pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada Kongres PKI 1923, dan dia membantu memberikan uang kepada seorang pemuda, yang belakangan pemuda itu meledakkan gudang amunisi milik Belanda. 

Maka ketika beberapa tahun kemudian terjadi pemberontakan PKI terhadap pemerintah Hindia-Belanda, Dokter Cipto termasuk yang diinterogasi. Di dalam buku tamu yang terdapat di rumah Cipto itu, ditemukan sejumlah nama orang yang ikut terlibat langsung dalam pemberontakan PKI itu. Jadilah dia dituduh PKI, ditangkap, dan dibuang ke Banda Neira.

Padahal sesungguhnya Cipto sama sekali bukan komunis dan tidak pernah terdaftar sebagai anggota PKI. Bersama sahabat-sahabatnya di Indische Partij dan kemudian Insulinde, wadah-wadah politik yang dimasukinya, Cipto lebih mirip dengan seorang sosialis. Tentu saja sosialis berbeda sama sekali dengan komunis. Walaupun tak menolak hal ini, Djoko Marihandono lebih memilih menyebut Cipto sebagai seorang nasionalis, tepatnya nasionalis kebangsaan.

Semangat nasionalisme kebangsaan itu juga ditunjukkan oleh Cipto ketika terjadi wabah pes di Malang, Jawa Timur. Tak ada dokter yang berani ke sana, karena saat itu wabah pes belum dapat ditanggulangi dengan obat-obatan yang tersedia. Cipto bahkan mengajukan diri, dan berangkat ke Malang untuk membantu mengatasi wabah penyakit itu.

Sampai akhir hidupnya, Cipto Mangunkusumo terus menunjukkan sikapnya sebagai seorang nasionalis dan sungguh layak dijadikan seorang Pahlawan Nasional dan juga seorang pahlawan kedokteran Indonesia dan namanya diabadikan sebagai nama RSUPN di Tanah Air kita ini. Nama rumah sakit pengganti nama Central Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ) atau rumah sakit umum pusat dalam Bahasa Belanda. 

Nama Cipto Mangunkusumo diusulkan oleh Prof. Dr. Satrio ketika Bung Karno mengunjungi CBZ pada Maret 1963, dan setahun kemudian nama rumah sakit itu diubah menjadi Rumah Sakit Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo yang kini menjadi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun