Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Siswa Pondok Pesantren Berkegiatan Pramuka

4 Oktober 2017   15:05 Diperbarui: 4 Oktober 2017   15:07 2152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegembiraan siswa-siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan di Batam. (Foto: ISJ)

Gerakan Pramuka atau lengkapnya Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana merupakan gerakan kepanduan nasional di Indonesia yang keberadaannya saat ini telah diakui melalui Undang Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. 

Lahirnya UU itu sejalan dengan pengakuan Pemerintah, DPR, dan juga masyarakat luas, yang menganggap bahwa pendidikan karakter termasuk yang terutama pendidikan budi pekerti dalam Gerakan Pramuka, merupakan hal penting yang harus terus-menerus diberikan kepada generasi penerus.

Sejalan dengan itu, sebagaimana tercantum dalam Kurikulum-13 (K-13) yang saat ini berlaku dalam sistem pendidikan nasional sejak 2013, maka kepramukaan dimasukkan sebagai ekstra kurikuler wajib di sekolah-sekolah. Termasuk sekolah-sekolah berbasis keagamaan, seperti pondok pesantren dan madrasah. 

Tenda terbentang ditiup sang bayu. (Foto: ISJ)
Tenda terbentang ditiup sang bayu. (Foto: ISJ)
Tentu saja, sebagaimana umumnya aktivitas kepramukaan, maka pendidikan yang diberikan diusahakan dilakukan di alam terbuka. Melalui berkegiatan di alam terbuka, anak-anak dan remaja belajar mengenal alam dan lingkungannya, yang pada gilirannya semakin memperkuat apresiasi mereka terhadap TUHAN Yang Maha Esa, sang pencipta alam dan seisinya. 

Di luar negeri, kepramukaan dalam Bahasa Inggris disebut scouting. Pada kata itu terdapat 8 huruf, dua huruf pertama tidak berarti apa-apa, tetapi enam huruf lainnya outing, berarti ke luar ruangan, ke alam terbuka. Ini saja sudah menunjukkan betapa kepramukaan memang pendidikan yang seyogyanya dilakukan di alam terbuka.

Berfoto dengan latar belakang tulisan
Berfoto dengan latar belakang tulisan
Itulah juga yang menyebabkan para siswa pondok pesantren (ponpes) dan madrasah di Batam yang mengikuti ekstra kurikuler wajib kepramukaan, mengadakan aktivitas perkemahan baru-baru ini di pulau yang menjadi tetangga Singapura itu. Mereka berasal dari Ponpes Al Kautsar dan MAN Insan Cendekia sebanyak 250 orang, yang berkemah dan berkegiatan di salah satu pantai wisata di Batam, 17-18 Oktober 2017. Sementara, 409 siswa MTs dan MA  Darul Falaah mengadakan perkemahan di halam komplek ponpes mereka. Halaman yang luas, membuat para siswa tak sulit mendirikan tenda-tenda di sana.

Sebagaimana perkembangan zaman, kegiatan kepramukaan bukan sekadar latihan Pramuka tradisional, seperti berkemah, berapi unggun, mengenal tanda isyarat dan tanda jejak, tali-temali, atau sejenis itu saja. Tetapi kepada para siswa diberikan pula pendidikan seperti latihan kepemimpinan, pengetahuan pemadam kebakaran,  jurnalistik, penggunaan media sosial dengan baik, fotografi, bahkan panahan. Aktivitas tersebut diberikan untuk menambah wawasan para siswa, sekaligus menumbuhkan semangat kewirausahaan dan penanaman karakter bagi mereka.

Foto bersama seusai latihan panahan. (Foto: Koleksi ISJ)
Foto bersama seusai latihan panahan. (Foto: Koleksi ISJ)
Tentu saja metode pendidikan yang diberikan dilakukan dalam suasana gembira, diselingi nyanyian dan tepuk tangan. Bahkan latihan kerja sama antarmereka juga dilakukan dengan aktivitas tarik tambang di dalam air di tepi pantai. Kegembiraan mereka membantu mudahnya penyerapan pengetahuan yang diberikan. 

Sebagaimana ditetapkan dalam K-13, ekstrakurikuler wajib kepramukaan  diberikan kepada semua siswa, namun setelah itu siswa dapat memilih apakah mereka akan tetap berkegiatan kepramukaan, atau memilih aktivitas ekstrakurikuler lainnya. Melalui kegiatan perkemahan yang menarik di Batam itu, siapa tahu nantinya cukup banyak yang benar-benar akan menjadi anggota Gerakan Pramuka, dan mengikuti jenjang pendidikan kepramukaan secara lengkap, yang bila di golongan Pramuka Penggalang (11-15 tahun), mulai dari Penggalang Ramu, Rakit, sampai Terap. Lalu di golongan Pramuka Penegak (16-20 tahun) mulai dari Penegak Bantara sampai Laksana, bahkan berlanjut sampai ke golongan Pramuka Pandega (21-25 tahun).

Melatih keberanian meluncur dengan tali. (Foto: koleksi ISJ)
Melatih keberanian meluncur dengan tali. (Foto: koleksi ISJ)
Apa pun itu, perkemahan dan kegiatan-kegiatan kepramukaan yang diberikan kepada para siswa ponpes dan madrasah itu, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan yang berguna bagi mereka. Baik untuk saat ini, maupun untuk masa depan mereka.

Foto-foto: Koleksi Indonesia Scout Journalist

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun