Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bapak Pandu Sedunia Pernah Dikucilkan di Indonesia

22 Februari 2017   06:57 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:30 8528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lord Baden-Powell, Bapak Pandu Sedunia. (YouTube-Allehub Entertainment)

Condong ke “Kiri”

Namun di Indonesia semuanya berubah menjelang akhir 1950-an dan awal 1960-an. Saat itu, arah pemerintahan lebih condong ke “kiri”, bahkan disebut-sebut dalam sejarah, hendak membuat poros Indonesia-Tiongkok-Sovyet, dua negara besar yang beraliran komunisme. Ketika Presiden Soekarno hendak  menyatukan berpuluh-puluh organisasi kepanduan yang ada pada akhir 1950-an itu, maksud  sebenarnya adalah baik. Agar gerakan kepanduan tidak terpecah-pecah, dan kegiatannya dilaksanakan di bawah satu komando saja.

Celakanya, karena begitu kuatnya pengaruh komunisme, sampai-sampai gerakan kepanduan ingin diarahkan oleh sekelompok orang menjadi seperti gerakan kaum muda di negara-negara komunis. Apalagi semangat anti-Barat semakin menggema, seperti slogan yang sempat populer “Inggris kita linggis, Amerika kita setrika”.

Sampai-sampai Baden-Powell dan jasa-jasanya pun dikucilkan dari Indonesia. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), sebagai kekuasaan tertinggi di Tanah Air, mengeluarkan Ketetapan MPRS Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yang dalam lampirannya antara lain berisikan “supaya kepanduan dibebaskan dari sisa-sisa Baden Powellisme”.

Selain menyingkirkan nama Baden-Powell dari gerakan kepanduan di Indonesia dengan antara lain tidak lagi merayakan peringatan Hari Baden-Powell setiap 22 Februari, segala hal yang terkait dengan diri tokoh dari Inggris juga diusahakan dihilangkan. Termasuk penggunaan setangan leher khusus dan pengalungan manik kayu bagi Pembina Pandu atau Pramuka yang telah menyelesaikan kursus pembinanya.

Manik Kayu

Dari catatan sejarah yang ada, karena pendidikan dalam kepanduan adalah pendidikan yang khas dan berbeda dengan pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan informal di lingkungan masyarakat, serta sebanyak mungkin diadakan di alam terbuka, maka perlu suatu pelatihan dan pendidikan khusus bagi orang dewasa yang ingin menjadi pendidik bagi kaum muda dalam gerakan kepanduan tersebut.

Sistem pendidikan bagi orang dewasa di dalam  gerakan kepanduan dimulai dengan suatu pelatihan bagi orang dewasa, agar mereka mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk mendidik kaum muda yang bergabung dalam gerakan kepanduan. Salah satunya melalui pelatihan yang secara internasional dikenal dengan nama Kursus Wood Badge (Manik Kayu).

Wood Badge adalah program kepemimpinan  berbentuk kursus yang bertujuan untuk menjadikan Pembina Pandu atau Pramuka lebih baik, dengan mendidik keterampilan kepemimpinan yang mendalam, dan dengan menciptakan keterikatan dan komitmen pada gerakan kepanduan.  Kursus tersebut pertama diadakan di Gilwell Park pada September 1919, dengan narasumbernya adalah Baden-Powell sendiri dan sejumlah pemimpin awal kepanduan di Inggris.

Setiap peserta yang telah menyelesaikan kursus, termasuk  berhasil melaksanakan “tiket” berupa implementasi hasil kursus, akan mendapatkan kalung dengan dua butir manik kayu, setangan leher tartan, dan pengikat setangan leher Turk. Penggunaan atribut itulah yang sempat dihilangkan di Indonesia, karena dianggap erat kaitannya dengan Baden-Powell. Bahkan Indonesia juga menyatakan tidak aktif – ungkapan halus dari kata “keluar” – dari kegiatan WOSM.

Kembali Bergabung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun