Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belanda dan Inggris "Main" Tukar-tukaran 3B: Bangka, Bengkulu, dan Banda

13 Februari 2017   15:42 Diperbarui: 13 Februari 2017   16:07 3215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Pulau Bangka. (Foto: babelinternas.wordpress.com)

Fort Marlborough di Bengkulu. (Foto: indonesia-tourism.com)
Fort Marlborough di Bengkulu. (Foto: indonesia-tourism.com)
Itulah sebabnya kalau sekarang kita ke Bengkulu, di sana masih terdapat peninggalan bersejarah berupa Benteng Marlborough. Sebuah benteng yang tadinya merupakan milik Kerajaan Inggris dan telah berdiri sejak 1741. Bahkan bunga yang terkenal dari Bengkulu diberi nama Rafflesia Arnoldi, untuk menghormati Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris terkenal yang kemudian juga sempat memimpin Singapura. Raffles menjadi pemimpin kolonial di Bengkulu dalam kurun 1818 sampai 1824.

Run Ditukar New York

Masih ada lagi. Saat ini rasanya hampir tak ada yang mengenal nama kota New York, salah satu kota “mendunia” yang terletak di Amerika Serikat. New York dulu bernama New Netherland , dan merupakan bagian dari koloni Kerajaan Belanda di Benua Amerika. Siapa sangka, New York ini pernah pula dijadikan “tukar-tukaran” antara Belanda dan Inggris dengan banda, tepatnya dengan Pulau Run (ada juga yang menulisnya Rhun), salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku.

Adalah Perjanjian Breda yang ditandatangani di Kota Breda pada 31 Juli 1667. Kali ini selain Inggris dan Belanda, juga terlibat pihak Prancis, dan Denmark-Norwegia.  Dalam pembicaraan sebelum ditandatanganinya perjanjian,  Inggris yang diwakili Denzil Holles dan Henry Coventry mencoba menawarkan untuk mengembalikan New Netherland  kepada Belanda untuk ditukar dengan pabrik gula Inggris di pantai Suriname, yang berhasil dikuasai komandan Angkatan Laut Belanda bernama Abraham Crijnssen pada awal 1667.

Gambaran suasana proses Perjanjian Breda. (Foto: wikipedia.com)
Gambaran suasana proses Perjanjian Breda. (Foto: wikipedia.com)
Pihak Belanda menolak karena di Hindia-Belanda yang sekarang menjadi Republik Indonesia, mereka ingin mengamankan monopoli pala. Akhirnya setelah pembicaraan panjang lebar, Belanda berhasil memaksa Inggris untuk menyerahkan klaim mereka atas Banda, tepatnya Pulau Run di Kepulauan Banda. Sebaliknya, Belanda merelakan New Netherland untuk dikuasai sepenuhnya oleh Inggris.

Begitulah, kisah tiga pulau yang dipertukarkan antara Belanda dan Inggris, yaitu 3B: Bangka, Bengkulu, dan Banda (Pulau Run). Khusus untuk kisah Perjanjian Breda, saat ini adalah peringatan 350 tahun yang menurut informasi, akan dirayakan cukup meriah dengan berbagai kegiatan pada Juli mendatang di Kepulauan Banda khususnya dan di Provinsi Maluku umumnya.

Baca juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun