Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Brother, Kapten, Admiral, Kak, Oom: Ucapan Selamat dari Seluruh Dunia

13 Desember 2016   13:19 Diperbarui: 13 Desember 2016   13:43 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat menerima penghargaan 20 tahun sebagai Koresponden Kehormatan Kepanduan Asia-Pasifik dari Ketua Komite Kepanduan Asia-Pasifik, Paul Parkinson (kiri) di Jakarta, April 2016. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)

Hari Selasa, 13 Desember 2016, genaplah usia saya mencapai 57 tahun. Dilahirkan pada tanggal yang sama pada 1959 di Rumah Sakit Sint Carolus, Jakarta, ucapan selamat yang terus berdatangan melalui berbagai jenis media sosial, umumnya memanggil saya dengan “Brother”, “Kapten”,  “Admiral”, “Kak”, dan “Oom”.

Mereka yang menyapa saya dengan “Brother” adalah teman-teman Pandu dari luar negeri, dan “Kak” datang dari teman-teman Pramuka di dalam negeri. Aktif di gerakan pendidikan kepanduan yang di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Pramuka sejak 1968, saya memang berusaha terus-menerus mengobarkan semangat persaudaraan universal antarPandu dan antarPramuka, tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan.

Di dalam negeri, keaktifan saya antara lain menyebabkan saya sejak 1995 sampai 2013 menjadi salah satu pengurus di tingkat nasional yaitu Kwartir Nasional, dan kini pun masih aktif sebagai anggota Korps Pelatih Kwartir Cabang Jakarta Timur. Sebagai informasi tambahan bagi yang belum mengetahuinya, kwartir cabang adalah sebutan untuk organisasi Gerakan Pramuka yang berada di wilayah kabupaten atau kotamadya.

Di luar negeri pun, sejak 1995 sampai sekarang saya aktif. Berkali-kali menjadi anggota Subkomite Kepanduan Asia-Pasifik, dan sejak 1995 sampai 2015 selalu berperan menjadi koresponden kehormatan (Honorary Correspondent) untuk berita-berita kepanduan di kawasan Asia-Pasifik, sampai saat ini pun saya masih tercatat sebagai salah satu anggota Panel Spesialis Kepanduan Asia-Pasifik. Panel Spesialis adalah kumpulan orang dewasa dalam gerakan kepanduan yang mempunyai spesialisasi keahlian tertentu dan siap menjadi relawan untuk membagikan pengetahuannya kepada sesama Pandu di kawasan Asia-Pasifik. Saya sendiri terpilih menjadi anggota Panel Spesialis itu untuk keahlian di bidang jurnalistik, komunikasi, dan marketing.

Bersama teman-teman Pandu di Adelaide, Australia. Saya jongkok kedua dari kanan. (Foto: koleksi BDHS)
Bersama teman-teman Pandu di Adelaide, Australia. Saya jongkok kedua dari kanan. (Foto: koleksi BDHS)
Saat hari ini saya berulang tahun, ucapan selamat dari teman-teman Pramuka di hampir seluruh provinsi di Indonesia dan juga dari banyak tempat di luar negeri. Sekadar menyebut asal negara beberapa teman, Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, Australia, Thailand, Hong Kong, Jepang, Korea (Selatan), Taiwan, Afrika Selatan, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat, Bangladesh, India, Pakistan, Afghanistan, Belanda, Papua New Guinea, Timor Leste, dan masih banyak lagi.

Bermain Peran

Selain aktif di gerakan pendidikan kepanduan, saya juga sejak lama telah menggemari kisah Petualangan Tintin (The Adventures of Tintin) dan kisah fiksi ilmiah Star Trek. Kisah Tintin karya komikus asal Belgia, Herge, telah saya kenal sejak 1960-an. Pertama kali saya tahu komik itu dalam Bahasa Belanda. Tintin disebut Kuifje.

Tentu saat kecil, saya belum mengerti Bahasa Belanda. Jadi ayah atau ibu saya yang membacakan dan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia kepada saya. Barulah ketika kisah Petualangan Tintin diterjemahkan secara resmi ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh PT Indira pada sekitar paro pertama 1970-an, saya dapat langsung membacanya.

Saya sebagai Kapten Haddock dalam acara Indo Comic Con 2016 di Jakarta. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Saya sebagai Kapten Haddock dalam acara Indo Comic Con 2016 di Jakarta. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
“Sejuta topan badai, buaya darat, cacing kremil, cacar air,” itulah sebagian kata umpatan tokoh Kapten Haddock ketika sedang marah-marah. Saya langsung “jatuh cinta” pada tokoh ini.

Meski pun belakangan saya mengembangkan karier seperti Tintin sebagai seorang reporter media cetak, tetapi Kapten Haddock lebih terasa mengena pada diri saya. Bukan, bukan soal marah-marahnya, tetapi saya melihat ini adalah tokoh yang sangat manusiawi. Terkesan galak, terkesan kasar, tetapi kegalakan dan kekasarannya hanya pada mereka yang jahat, mereka yang berbuat tidak baik.

Sebaliknya, kepada sahabatnya Tintin, dia benar-benar seorang sahabat sejati. Saat dalam salah satu kisah ketika Tintin dan Kapten Haddock sedang mendaki Gunung Himalaya, sang kapten bahkan rela memotong tali pendakiannya yang bisa menyebabkan dirinya jatuh dan meninggal, hanya untuk menolong agar jangan Tintin yang jatuh ke jurang. Kapten Haddock juga selalu membela kebenaran, meski dengan caranya sendiri yang tidak lazim dilakukan orang banyak. Pada intinya, dialah tokoh manusiawi dalam kisah Petualangan Tintin, dan sebagaimana manusia pada umumnya kadang marah, kadang kasar, tetapi tidak melupakan sifat-sifat kemanusiaannya.

Mungkin karena itu juga, saya memutuskan untuk bermain peran sebagai Kapten Haddock. Saya ingat, sejak 2009 saya memulai menggunakan kostum Kapten Haddock, lengkap dengan topi dan pipa cangklongnya. Di kalangan kaum muda sekarang mungkin bisa disebut cosplay Kapten Haddock, dan saya seorang cosplayer.

Hampir di semua aktivitas bersama Komunitas Tintin Indonesia – komunitas penggemar kisah Petualangan Tintin di Indonesia – saya tampil sebagai Kapten Haddock. Itulah sebabnya, banyak pula yang memanggil saya dengan sebutan “Kapten” juga.

Saya sebagai Admiral dari kisah fiksi ilmiah
Saya sebagai Admiral dari kisah fiksi ilmiah
Sedangkan panggilan “Admiral’ saya terima dari teman-teman penggemar Star Trek di Indonesia, terutama mereka yang tergabung dalam komunitas Indo Star Trek. Dalam komunitas ini, setiap anggota dipanggil dengan pangkat tertentu yang didasarkan pada usia. Kebetulan, selain cukup senior, usia saya telah mencukupi untuk dipanggil sebagai Admiral, maka jadilah teman-teman memanggil dengan sebutan “Admiral”.

Masih ada lagi sebutan yang saya terima. Panggilan “Oom” dari Bahasa Belanda yang artinya paman, biasanya disebutkan oleh keponakan-keponakan dalam keluarga besar orangtua saya. Ada juga yang memanggil “Broer”, ini pun dari Bahasa Belanda, yang berarti saudara laki-laki. Belakangan, teman-teman dari kalangan studi arkeologi,  studi yang saya tekuni sewaktu kuliah di Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia dan sekaran ini saat saya menjadi Ketua Harian Pengurus Pusat Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, juga ikut-ikutan memanggil “Oom” dan “Broer”.

Apa pun panggilan itu, terima kasih untuk semua ucapannya. TUHAN memberkati kita semua.

(Foto-foto: koleksi pribadi BDHS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun