Mohon tunggu...
Berti Khajati
Berti Khajati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumni IKIP Muhammadiyah Purworejo (1998) dan SPs UHAMKA Jakarta (2021) menulis puisi, cerpen, pentigraf, cerita anak dan artikel nonfiksi lainnya bersama berbagai komunitas literasi di dalam dan luar negeri, mengabdi sebagai Kepala Sekolah di SDN Samudrajaya 03 Tarumajaya - Kab. Bekasi. Mempunyai quote "Filternya ada di dalam jiwa."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pentigraf: Tukar Cincin

21 Mei 2021   08:36 Diperbarui: 21 Mei 2021   08:38 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kukencangkan snap ring yang tergantung di pinggang. Keringat dingin menetes di keningku. Hari ini tower setinggi 16 meter menjadi tempat latihan. Seminggu yang lalu kami menggunakan tower setinggi 12 meter belakang sekolah. Hari ini pelatih kami mengatakan, waktunya uji nyali di lokasi yang lebih alami.

Hari Minggu pagi kami telah tiba di bukit Arga Putra. Letaknya tak jauh dari pusat kota Purworejo, agak ke selatan menyeberangi sungai Bogowonto. Kupandangi tower bambu yang menjulang di depanku. Sejenak aku diliputi keraguan. Tower ini bukan bangunan beton kokoh seperti di sekolah. Ini hanyalah bangunan bambu yang disusun sedemikian rupa menjadi tempat latihan di alam bebas. Tanganku sedikit bergetar mengencangkan tali pengaman yang melilit di tubuhku. Rasa gamang membayangiku. Snap ring yang tergantung di pinggangku terasa lebih berat dari biasanya. Aku kurang konsentrasi sehingga mengambil snap ring yang berbeda ukuran. Tiba-tiba Bayu berujar, "Win! Tukar cincin, yuk!"

Seketika gerakan tanganku terhenti sambil menatap lekat manik matanya mencari pembenaran. Tak percaya dalam kondisi menegangkan Bayu masih sempat-sempatnya melontarkan ajakan itu. "Kapan?", tanyaku gugup. "Sekarang!" Spontan dia menyambar cincin kaitku yang kebesaran dan menggantinya dengan miliknya yang lebih kecil ukurannya. Dengan hati-hati diikatkannya snap ring yang lebih cocok untuk ukuran tubuhku, lalu menepuk pundakku sambil tersenyum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun