Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hari ini 15 Tahun Silam, Wisata Solo dan Dullah Laut

26 April 2018   05:00 Diperbarui: 26 April 2018   06:42 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun Hari Wisata se-Dunia (World Tourism Day) jatuh pada tanggal 27 September, artikel ini dipublikasikan semata bertepatan 15 tahun lalu, perusahaan saya (sebagai direktur dan pemegang saham 50 %  PT Multi-Prima Valutama, di Jakarta) -  seperti ditandai lingkaran pada logo  -  turut berkontribusi dalam acara promosi wisata di kota Solo, Jawa Tengah. Kontribusi di Solo itu, bahkan sebenarnyalah tidak diingat lagi, jika tidak terdokumentasi. Ketika itu  (Presiden kita) Jokowi belum menjadi Walikota Solo. 

Catatan tertinggal kami adalah, bahwa ketika itu bertepatan kami berinisiatif mempromosikan wisata di daerah Indonesia Timur, terutama Maluku, yang setelah jeda konflik sosial,  mengumpulkan nelayan tradisional lintas komunitas untuk bekerja-sama, merekat ikatan sosial yang sempat kendor, sebaliknya bahu-membahu  menghadapi masa depan bersama lebih baik.

Pada saat memandang wisata Indonesia sebagai "Investasi murah",  namun dengan potensi raksasa dan menjanjikan itulah, setiap kegiatan mendukung masyarakat untuk wisata dan lingkungan, saya berinisiatif turut berpartisipasi sekecil apa pun.

Ekowisata adalah bentuk pariwisata yang melibatkan kunjungan ke daerah alami yang tidak rapuh, murni, dan relatif tidak terganggu, yang dimaksudkan sebagai alternatif dengan dampak rendah dan seringkali berskala kecil terhadap pariwisata massal komersial standar.

Pulau Bair, Dullah-Laut, Tual, Maluku

danau-airlat-tahit-ko-jpg-5ae048a8dcad5b5ccc35eea2.jpg
danau-airlat-tahit-ko-jpg-5ae048a8dcad5b5ccc35eea2.jpg
dullah-laut-tahit-ko-jpg-5ae04961f133445c0c1d3b22.jpg
dullah-laut-tahit-ko-jpg-5ae04961f133445c0c1d3b22.jpg
Ketika hendak mempromosikan ekoturism, barulah disadari adanya laporan-laporan alam yang dieksploitasi secara  destruktif-masif. Sementara nelayan diajak bekerja secara ramah lingkungan karena maraknya penggunaan bom-ikan dan sianida secara sangat merusak. 

Menurut catatan Dedi Supriadi Adhuri, peneliti  Indonesian Institute of Sciences, staf ahli menteri KKP, "Oknum petugas turut mendukung penangkapan secara destruktif sedemikian dalam artikelnya, (Petuanan Dullah-Laut, khususnya artikel "Who can challange Them?" .

Karang-karang hancur, tentulah meninggalkan "jenazah alam" (laut) yang baru bangkit kembali dalam belasan hingga puluhan tahun. Maka, dengan sosialisasi dan upaya bersama nelayan menghindari penggunaan bom-ikan dan sianida, membutuhkan upaya yang tidak mudah (mengubah mindset) dan tidak murah.

Upaya lainnya, bahwa wisata bukan hanya tentang alam, tetapi termasuk terutama tentang sejarah komunitas-komunitas lokal, belum menjadi kesadaran pemda-pemda setempat. Kalaupun ada, terkesan asal jadi, sementara penelitian pribadi, saya menemukan referensi-referensi sejarah antropologi yang tidak pernah dikisahkan komunitas lokal (untold story).

Komunitas-komunitas lokal dan sejarahnya sendiri butuh penelitian, agar wisatawan nasional maupun manca-negara  memahami, mengenal dan mencintai alam Indonesia dan mengenal sosio-historis-kultural komunitas lokal secara benar, yang perlu terbebaskan dari "mitos-mitos", sinisme Max Weber. Semua hal membutuhkan waktu, dan promosi wisata terus berlanjut, maka akselerasi pengenalan sejarah yang teruji dibutuhkan, agar local wisdom  menjadi bagian promosi wisata dan dikagumi dalam keutuhannya.

Tentang wisata Indonesia, saya teringat pesan seorang pejabat Kemenpar, bahwa "Kita (pernah) punya tokoh besar Joop Ave,  yang sangat dihormati orang Thailand karena jasa Beliau dalam mengembangkan industri wisata Thailand seperti sekarang adanya, dan jadi destinasi wisata dunia. Di negerinya (Indonesia) sendiri malah tidak dihargai," tutur pejabat Kementerian Pariwisata suatu saat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun