Mohon tunggu...
Foodie

Inovasi Djamoe Djoen: Upaya Melestarikan Kuliner Semarang

10 Juli 2018   20:00 Diperbarui: 10 Juli 2018   19:58 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarang dikenal sebagai kota yang memiliki banyak warisan kebudayaan. Mulai dari bangunan, adat istiadat, hingga kuliner yang beraneka macam. Namun, generasi muda sekarang mungkin hanya mengetahui Bandeng Juwana dan Lunpia sebagai makanan khas kota Semarang. 

Padahal masih banyak lagi kuliner khas yang menarik dari Semarang, salah satunya adalah Jamu Jun. Ketika mendengar namanya pertama kali, mungkin yang terbayang adalah minuman menyerupai jamu yang terasa pahit. Tapi jangan salah sangka, minuman ini sama sekali tidak terasa pahit, namun kebalikannya, jamu jun memiliki rasa yang manis dan menimbulkan efek hangat setelah diminum. Hal ini dikarenakan Jamu Jun terbuat dari berbagai macam rempah yang dapat menghangatkan tubuh seperti jahe, adas, pekak, dan lain-lain. Jamu Jun memiliki tekstur yang mirip dengan bubur candil namun lebih cair. Biasanya disajikan dengan menggunakan mangkuk kecil dan dilengkapi dengan krasikan atau bola-bola yang berasal dari ketan.

Menurut sejarahnya, Jamu Jun sendiri berasal dari pesisir utara pantai Jawa seperti Jepara dan Demak. Namun karena banyaknya para penjual Jamu Jun yang merantau ke Semarang sehingga kemudian lebih dikenal sebagai minuman khas Semarang. Di daerah Demak sendiri, minuman ini dikenal dengan nama Jamu Coro. Asal-usul nama Jun sendiri dikarenakan para penjualnya menggunakan kendi berleher panjang bernama "Jun" untuk menjajakan dagangannya, cara membawanya pun dengan cara dijunjung (re:diangkat).

Namun, sangat disayangkan bahwa sekarang Jamu Jun sudah sangat langka ditemui di Semarang. Serta tidak banyak lagi orang yang mengetahui tentang minuman ini. Berbekal fakta tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa Polines (PKM), berinisiatif untuk melestarikan salah satu kuliner Semarang tersebut. Tidak hanya melestarikan, namun juga memberikan inovasi agar dapat bersaing dengan berbagai kuliner kekinian yang semakin menjamur.

Rizqiana Nurmalita, ketua tim PKM Polines berpendapat bahwa sebagai generasi muda hendaknya tidak acuh dengan berbagai warisan budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Ia pun menjelaskan mengenai inovasi apa yang dilakukan timnya sebagai upaya branding Jamu Jun yang baru.

"Kami berupaya untuk membuat Jamu Jun lebih akrab dengan generasi muda, sehingga kami menciptakan varian Jamu Jun yang dinikmati dengan es dan diberi topping. Kami menyebutnya Djamoe Djoen Blend. Selain itu kami juga punya varian Jamu Jun dalam versi bubuk instan yang lebih praktis dan dapat menyasar berbagai kalangan," ujarnya.

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) sendiri diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide yang dimiliki dengan mengaplikasikannya dalam sebuah usaha maupun untuk program pengabdian dan penelitian. Sehingga tidak hanya bermanfaat untuk mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat, sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun