Mohon tunggu...
Bertha Aurellia
Bertha Aurellia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi FPB UKSW

Mari masuk Agroteknologi!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengendalian OPT dengan Fermentasi Limbah Dapur Organik, Emang Bisa?

23 Oktober 2022   23:10 Diperbarui: 23 Oktober 2022   23:46 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Masalah utama dalam sistem budidaya tanaman yaitu tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyebabkan petani sangat merugi, karena tingginya biaya pengendalian secara kimia. Selain itu, tentunya penggunaan pestisida yang terlalu banyak juga memiliki dampak yang merugikan karena dapat menyebabkan keracunan langsung pada pengguna dan meninggalkan residu pada tanaman dan lingkungan. Penggunaan pestisida yang terlalu banyak juga memiliki dampak yang merugikan karena dapat menyebabkan keracunan langsung pada pengguna dan meninggalkan residu pada tanaman dan lingkungan. Umumnya, petani menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama. Penggunaan pestisida kimia yang tidak tepat memiliki dampak yang lebih merugikan dibandingkan manfaat yang diperoleh. Hal ini antara lain dapat menyebabkan penolakan produk karena munculnya resistensi hama, munculnya hama sekunder, kontaminasi, dan masalah residu yang melebihi batas yang dapat diterima. Selain itu, penggunaan pestisida kimia yang berlebihan memiliki berbagai efek yang tidak diinginkan terkait dengan kerusakan ekosistem lahan pertanian, kerusakan kelangsungan hidup flora dan fauna di sekitar lahan pertanian, dan kesehatan petani yang bekerja (Regnault, 2005).

Karena banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida sintetik, maka perlu digunakan bahan lain sebagai alternatif pestisida sintetik yang lebih alami, efektif, dan tidak membahayakan lingkungan. Tanpa kita sadari, banyak tanaman yang berpotensi menjadi pestisida nabati, menggantikan pestisida sintetik untuk membantu pengendalian hama di perkebunan dan tanaman. Beberapa keunggulan dari pestisida nabati adalah :

1) Sifatnya mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.

 2) Bahan baku pestisida nabati banyak tersedia dialam terutama di daerah tropis.

3) Secara ekonomi relatif murah.

4) Mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.

5) Apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan residunya cepat hilang di alam sehingga tanaman terbebas dari residu dan aman untuk dikonsumsi

 Contohnya dengan membuat eco enzyme yang bisa menjadi alternatif pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang ramah lingkungan. Eco enzyme adalah proses fermentasi dari limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayur, gula (gula coklat, gula merah, gula tebu) dan air. Eco enzyme berwarna coklat tua dan memiliki bau fermentasi manis dan asam yang kuat. Tujuan dari eco-enzyme ini sendiri adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya akan dibuang ke tempat sampah sebagai bahan pembersih organik. Eco-enzyme bisa menjadi cairan serbaguna dan kegunaannya meliputi rumah tangga, pertanian dan peternakan. Pada dasarnya, eco-enzyme mempercepat reaksi biokimia di alam untuk menghasilkan enzim yang bermanfaat dari limbah buah dan sayuran. Enzim dari "sampah" ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk hal-hal yang sangat berguna. Cairan ini tidak hanya dapat digunakan sebagai pembersih rumah tangga, tetapi juga sebagai pupuk dan pestisida alami yang efektif (Saifuddin, 2021). Pengaplikasiannya pada tanaman juga sangat mudah yaitu dengan mencampurkan 15 ml eco enzyme ke dalam 500 ml air. Setelah itu masukkan campuran larutan air dan eco-enzyme ini kedalam botol semprot dan semprotkan ke area tanaman yang ditargetkan untuk bebas hama.

Jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintetik yang merugikan bagi petani serta konsumen, eco enzyme dapat menjadi pilihan sebagai pestisida nabati yang berwawasan lingkungan bagi para petani masa kini. Selain pembuatannya yang mudah, para petani tidak perlu mengeluarkan modal yang banyak untuk menghilangkan hama pada tanamannya. Karena bahan-bahan untuk membuat eco enzyme ini pastinya dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya sampah sayur atau kulit buah-buahan yang telah kita makan itu dapat menjadi bahan utama pembuatan eco enzyme tersebut. Kulit buah yang bisa digunakan misalnya seperti kulit buah jeruk, jeruk nipis, lemon, apel, manngga, daun pandan, sereh dll. Penggunaan sisa sayur juga bisa. Namun, perbandingan ketika membuatnya harus diperhatikan dengan baik karena penggunaan sisa sayur atau buah yang terlalu banyak akan menyebabkan aroma eco-enzyme menjadi kurang segar. Selain itu para petani juga harus memperhatikan bahwa eco enzyme ini perlu di fermentasi kurang lebih 3 bulan untuk kondisi tropis, maka petani harus rutin membuat eco enzyme ini agar perhitungan untuk pasca tanam atau perawatan dengan keberhasilan fermentasi eco enzyme ini dapat berkesinambungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun