Mohon tunggu...
Denie Denie
Denie Denie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

085252615026 nomor hape saya, domisili di Sambas, Kalimantan Barat. Mau nulis apa saja, kapan saja dan di mana saja ...salam

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Belajar Mandiri dari Seorang Diana

12 Februari 2014   20:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa Itu Diana?

Sudah seolah jadwal rutin aku mengunjunginya, dibilangan Tebas Sungai alamat rumahnya. Tak ada perubahan pada rumahnya, seperti kali pertama aku menemuinya di awal tahun 2012. Atas jasa seorang teman yang kukenal di media sosial, Diana adalah guru sempurna yang ajarkan bagaimana bershabar ketika sakit.

Sekilas kusampaikan apa yang diderita Diana. Gadis 17 tahun ini didiagnosa tumor tulang, tumor yang bersarang dihidungnya itu bersarang sejak dirinya masih kecil. Seiring usia, massa tumor kian membesar. Bagaimana denganku? Februari 2012 aku mendampingi Diana ke Jakarta, tepatnya ke RSCM untuk mendapatkan perawatan. 21 Mei 2012, masih teringat di halaman ingatanku, adalah hari dimana Diana menjalani operasi di RSCM Jakarta.

Proses operasi cukup sukses, namun dokter ternyata sulit mengangkat tumor yang menempel pada tulang tengkorak Diana. Memang waktu itu terjadi pendarahan yang cukup hebat, pengangkatan tumor urung dilakukan disebabkan ada prioritas lain soal hidung dan matanya. Tumor yang menempel dibelakang tulang tengkoraknya tak mungkin diangkat. Sedih tentunya mendengar informasi dari dokter perihal ini, namun apalah artinya kesedihan jika dibandingkan dengan perasaan Diana setelah mengetahui tumornya tak jadi diangkat. 21 Mei 2012 juga bertepatan dengan meninggalnya seorang pasien dhuafa di RS Sudarso asal Semakuan Sambas, seorang ibu dari dua orang anak. Perasaan bersalah karena merasa tak maksimal, takdir membuatku bertanya mengapa aku tak menjumpainya ketika Diana masih kecil, di saat semuanya begitu mudah untuk dilakukan.

Diana Belajar Mandiri

Aku hanya bisa merasakan apa yang dialami oleh Diana, namun aku tak bisa menjalani apa yang dipilih oleh Diana, seorang gadis remaja yang berjuang mengatasi keputusasaan dengan penyakit tak biasa menggantung di wajahnya. Diana seolah berjuang “melupakan” dan menganggap tiada tumor yang menggantung diwajahnya.

Aku menemui Diana bukan kali pertama, namun perasaan yang kubangun berikut bilangan penyesalanku terbentuk seperti pertama berjumpa. Terdapat perasaan yang mengganjal, dan menyediakan satu pertanyaan yang belum pernah kusodorkan kepada kedua orang tuanya, apakah bersedia jika aku membantu Diana untuk kali kedua dengan membawa Diana ke Rumah Sakit, berharap ada perubahan yang bisa dimenangkan secara medis.

Lihatlah kawan, terakhir aku menemuinya. Diana adalah dosen mata kuliah keshabaran dan ketegaran, Diana mengajarkan sejumlah materi mengenai semua sikap yang harus diambil ketika menghadapi masalah laten hidup kita.

Kerajinan tangan yang dibuatnya dari berbagai sedotan plastik, koran bekas, tali rapia dan lain sebagainya. Adalah satu bukti bahwa Diana berusaha bangkit mengisi hari – harinya yang kosong, berusaha melupakan apa yang terjadi pada kedua hidungnya yang sudah lama tak pernah ia gunakan untuk bernafas.

Apakah anda paham? Siapa dibalik semua ketegaran Diana selama ini?. Pak Agus, adalah ayah Diana yang mengajarkannya. Dibalik semua sikap Diana, ayahnya lah yang punya peran membangkitkan semangat hidup diana. Soal kerja keras, jangan ditanya. Tanggungjawabnya sebagai seorang ayah dari 4 orang anaknya adalah satu dari sekian pelajaran yang bisa kudapat sebagai seorang ayah.

Sudah beberapa kali Pak Agus merantau, memanfaatkan keterampilannya mengerjakan apa saja. Pak Agus pernah bekerja sebagai TKI, bahkan ketika aku mendampingi seorang pasien di Jakarta, Pak Agus sempat kutelpon beliau lagi di Kepulauan Riau, terus pernah juga di Kalimantan Timur dan lain sebagainya. Ketika tulisan ini kubuat, Pak Agus tengah di Sanggau Ledo, bekerja memenuhi kewajibannya terhadap Allah dan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun