Mohon tunggu...
Berry Salam
Berry Salam Mohon Tunggu... Penulis - penulis

meluruskan dan mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Disandera HTI dan PKS?

28 Juni 2019   22:05 Diperbarui: 28 Juni 2019   23:05 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu-satunya pihak pasca reformasi yang menolak demokrasi sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara adalah HTI. Pengetahuan ini sudah menjadi rahasia umum yang sulit untuk dibantah. HTI dikenal sebagai organisasi yang menghendaki khilafah atau sistem negara Islam.

Namun, paham yang berasal dari negeri Fir'aun itu segera ditangkal oleh pemerintah Indonesia. Jadilah HTI layu sebelum berkembang, tapi tidak benar-benar mati. HTI yang kehilangan tempat bernaung kini berubah menjadi sel kanker yang bersembunyi dalam organ baik pemerintahan, politik, dan lain sebagainya.

Salah satu organisasi yang paling memungkinkan HTI untuk bisa terus hidup adalah organisasi atau partai politik. Dalam menemukan inang barunya, sangat penting bagi HTI menemukan organ yang tepat, nyaman, dan mempunyai kesamaan pandangan. Dari kriteria itu, yang paling memungkinkan bagi HTI untuk beranak pinak menelurkan gagasannya adalah PKS. Kenapa demikian?

HTI dan PKS sama-sama mempunyai kesamaan dalam konteks gerakan. HTI dan PKS sama-sama mempunyai gerakan dakwah yang menyentuh semua lapisan, mulai dari lapisan civitas academica (kampus) sampai dengan lapisan masyarakat bawah. HTI dan PKS menjadikan dakwah sebagai media untuk menanamkan ideloginya.

Tidak hanya itu, HTI dan PKS juga mempunyai kemiripan sejarah pendirian organisasinya. Jika kita merujuk pada kajian Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, HTI didirikan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Setali tiga uang, gerakan tarbiyah yang menjadi cikal bakal PKS juga menjadikan Masjid Al Falah di IPB sebagai basis awalnya.

Jika hari ini Prabowo menolak sikap demokratis dalam menerima kekalahannya atas Jokowi untuk yang kedua kalinya, ini jelas bukan sikap patriotik dari seorang Prabowo. Karena, dari dua kali menjadi kontestan pilpres (2009 dan 2014) Prabowo selalu menunjukkan kenegarawanannya yang mementingkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya. Patut dicurigai, Prabowo yang dikenal sebagai sosok yang demokratis telah tersandera oleh kepentingan politik identitas yang dirawat HTI dan PKS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun