Mohon tunggu...
Berry
Berry Mohon Tunggu... Freelancer - belajar mengamati-menulis

suka makan kerupuk

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Titik Cerah yang Terlihat dari Kasus Sambo

7 Oktober 2022   20:17 Diperbarui: 7 Oktober 2022   20:20 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Tak mungkin seseorang yang sudah tertangkap, bukti sudah ada, masyarakat cenderung menghakimi, proses hukum sedang berjalan, kemudian dirinya 'main' sandiwara lagi. Itu pasti konyol.

Dengan adanya 'pengakuan bersalah' itu paling tidak proses hukum bisa berjalan dengan semestinya. Persidangan nanti dapat membuka kotak pandora kasus ini dengan sebenar-benarnya, tak perlu ada lagi hambatan ke depan.

Kemudian, pernyataan FS terkait dirinya yang marah sebelum pembunuhan terjadi bisa menjadi titik terang bagi hakim membuka seluruh motif tersangka. Kemarahan itu perlu dilihat secara kontekstual, sehingga menemukan maknanya.

Bagi sebagian orang, kemarahan merupakan ekspresi dari martabat yang direndahkan. Dalam kasus FS, menurut pengakuannya, itu terkait dengan kehormatan istrinya.

Konteks budaya masyarakat kita memang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Menjunjung kehormatan sama artinya menjaga harga diri. Apabila hal itu ternodai, kemarahan dianggap sebuah kewajaran. Misalnya pada masyarakat Madura, saat kehormatan seseorang itu direnggut, maka adu celurit (carok) hingga bekalang tanah adalah solusi.  Atau, budaya Sirri Na Pacce bagi masyarakat Bugis.  

Tak sekalipun membenarkan itu semua, apalagi pembunuhan, namun persidangan semoga membuka motif itu. Konteks kenapa FS marah hingga tega menghajar Josua harus terbuka, sehingga kita bisa memahami peristiwa ini secara utuh.

Semua itu nantinya akan terbuka di pengadilan. Kita berharap agar persidangan kasus ini dapat berjalan dengan baik.

Keyakinan saya, terlepas dari seluruh keraguan masyarakat saat ini, namun persidangan kasus ini akan berjalan normal sebagaimana mestinya. Hakim akan obyektif memeriksa, dan dapat memutuskan dengan adil. 

Mungkin agak terkesan optimis, tetapi itu masuk akal saja karena di sini ada jutaan masyarakat Indonesia memantau dan mengawasinya setiap waktu. Belum lagi pengawasan formal dari Komisi Yudisial. Dan, tentunya sorotan secara politik dari berbagai kalangan, termasuk Istana. Maka akan sangat berat bagi hakim untuk "bermain-main".

Hal itu justru akan sangat baik, karena diharapkan putusannya dapat adil bagi semua, atau paling tidak mendekati itu. Korban yang sudah meregang nyawa harus menerima persembahan utama berupa keadilan. Siapa yang salah harus dihukum sesuai perbuatannya, namun siapa yang tidak harus dibebaskan.

Mari kita nantikan, kisah berikutnya. Bersambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun