Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waktu dan Saat yang Merugikan Kita

3 Juni 2016   02:58 Diperbarui: 3 Juni 2016   06:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Sahabat

Waktu adalah lamanya sebuah proses segala sesuatu untuk berlangsung.

Berjalannya waktu tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Ia menjadi pendamping setia bagi kebaikan dan keburukan yang terjadi.

Ingin rasanya menghentikan waktu tatkala mengalami hal yang menggembirakan agar tidak mudah berlalu.

Ingin sekali waktu diputar ulang agar hal yang merugikan dapat dihindari, agar yang indah dapat dialami kembali.

Atau ingin sekali mempercepat waktu agar segera mendapati yang ditunggu-tunggu. 

Namun itu semua tidak akan bisa dilakukan karena kita tidak pernah diperkenankan untuk merekayasa waktu.

Saat adalah titik atau detik dimana sebuah kejadian berlaku setelah menghabiskan waktu tertentu. Jatuhnya durian bisa diperkirakan waktunya, namun tak ada yang tahu kapan durian itu runtuh. Begitupula dengan waktu kelahiran seorang bayi dapat dihitung, tapi tidak ada yang dapat memprediksi kapan detik sang bayi lahir. Maka saat sering disebut dengan detik. Titik berlakunya sebuah kejadian alamiah yang melingkupi kita.

Saat itu gaib, artinya sesuatu yang bisa dipahami tetapi tidak diketahui kapan datangnya, ada dimana dia. Kita hanya diperkenankan untuk bersiap menyambut saat yang dinantikan dengan berbagai perhitungan waktu. Kita hanya dipersilahkan menggelar karpet merah bagi datangnya saat itu. Hanya Tuhan yang tahu kapan saat itu tiba. Kita tidak diajak bersama Nya untuk merancang saat, karena itu ranah Tuhan, bukan manusia. 

Jika ada orang yang mencoba menentukan saat, maka prediksinya akan meleset, pasti gagal, karena dia telah mencoba mengambil peran Tuhan dalam menentukan saat, dan manusia tidak punya kapasitas sebagai Tuhan. Bahkan seorang nabi pun tidak bisa menentukan kapan saat itu akan datang. Ia hanya memprediksi sebuah alur kejadian di masa datang, dengan referensi sejarah yang tak terbantahkan, waktunya dapat dihitung, namun saat terjadinya ia pun tidak tahu.

Bukan kita yang dapat menentukan jalannya hidup. Bukan kita yang tahu nasib orang banyak. Tetapi kita diperintahkan untuk mempersiapkan datangnya saat yang dicita-citakan. Ketika mencoba merekayasa mewujudkan saat, itu dapat dipastikan akan membawa kehancuran, karena nilainya sama dengan mendahului kehendak Tuhan. Para cenayang atau dukun mistik yang menentukan saat datangnya sesuatu sering disebut sesat, karena mereka mencoba mengambil hak preogeratif Tuhan dalam menentukan saat.

Kita hanya diberi tugas untuk bersiap-siap dengan menghitung waktu demi menyambut saatnya datang. Selebihnya Tuhan yang akan menentukan, dan Dia tidak pernah berdusta akan pastinya saat itu datang.

Demi waktu, sesungguhnya manusia itu merugi, karena tidak mempersiapkan diri untuk menyambut saatnya yang akan tiba.

Depok, 3 Juni 2016. 02:58

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun