Mohon tunggu...
Bernorth M
Bernorth M Mohon Tunggu... Administrasi - Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

WWW.BONUSDEMOGRAFI-INSTITUTE.ORG Kopiholic # Untuk Kolaborasi, ide & saran email : bonusdemografi2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Konsep "Bioregionalisme" Dalam Menghadapi Tantangan Bonus Demografi

27 Februari 2020   02:29 Diperbarui: 27 Februari 2020   05:26 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gbr : https://all-free-download.com/

Menggunakan teknologi tepat guna dan pemberdayaan masyarakat warga negara. Melek ekologi adalah landasan utama dalam paradigma pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dengan menempatkannya sesuai dengan alam setempat (Fritcof Capra ; The Web Of life; A New Scientific Understanding of Living System).

Mengacu pada kerangka kerja Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai upaya melestarikan lingkungan dan mengurangi ketimpangan kemiskinan, konsep ini sangat selaras karena merupakan agenda global yang di target terpenuhi hingga tahun 2030. Model dan paradigma membangun seperti inilah yang harus mulai di terapkan di Indonesia.

Pertanyaannya sekarang, apakah ada sebuah potensi besar memajukan sebuah perekonomian sekaligus relatif berkelanjutan di masa depan bagi bangsa kita? Karena, ini menyangkut ratusan juta usia produktif 15-64 tahun layak kerja yang membludak menjadi 180-190 juta jiwa pada puncak bonus demografi tahun 2030.

Lebih lanjut, bagaimana menjamin dan menampung angkatan kerja ini agar produktif (formal dan informal)?
Jika kita jeli melihat potensi di Indonesia dan melihat begitu banyaknya ratusan ribu pulau dan bentang garis pantai terpanjang ke-2 di dunia.

Belum lagi budaya unik di tiap daerah, industri pariwisata adalah salah satu jawabannya. Dan, ini bisa di dorong untuk kemajuan daerah tersebut.

Bagi daerah yang khususnya daerah pesisir, pengelolaan daerah pesisir dengan pendekatan bioregional akan memberikan kontribusi nyata baik dari segi ekonomi, ekologi dan sosial.

Hal ini hanya dapat terjadi jika komponen biologi, ekosistem dan warga menjadi satu kesatuan yang terkait satu sama lain, dengan acuan masyarakat lebih melek kesadaran dan pengetahuannya akan pemamfaatan sumberdaya alam dan keaneka ragaman hayati tidak dapat di pisahkan.

Terkait hal tersebut, intervensi pemerintah dalam sosialisasi dan edukasi sangat di butuhkan agar potensi wisata tidak hanya bersifat temporary dan hanya menguntungkan segelintir pihak yang bermodal besar.

Sebagai contoh, perlunya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan dari sampah di lokasi wisata dan tata ruang  ataupun lokasi rekreasi yang tidak memiliki toilet bersih.

Ini adalah contoh-contoh sederhana namun krusial, yang jika tidak di kelola dengan tepat, akan menimbulkan kerusakan lingkungan dan menyebabkan ketidaknyamanan.

Belum lagi, terkait biota laut, misal pelarangan pengambilan liar terumbu karang, binatang laut tertentu (paus, penyu, dan sebagainya) yang sering di jadikan hiburan padahal dapat menyebabkan binatang tersebut tidak kembali, bahkan stress dan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun