Mohon tunggu...
Bernard  Ndruru
Bernard Ndruru Mohon Tunggu... Dosen - Pantha Rhei kai Uden Menei

Pengagum Ideologi Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Politik (Oposisi) dalam C-19

6 April 2020   12:11 Diperbarui: 6 April 2020   19:20 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberian judul untuk tulisan kali ini mungkin dilihat terkesan tendensius oleh sebagian orang. Terutama karena kata manuver sendiri dimaknai sebagai strategi (khususnya dalam keadaan perang). Manuver dalam perang pada umumnya melepaskan diri dari nilai-nilai layak-tidak, benar-salah, baik-buruk demi satu tujuan, yakni menang.

Sekitar tahun 322 SM, Aristoteles mencetuskan sebuah teori tentang zoon politicon yang melihat dan mereduksi bahwa setiap interaksi sosial selalu terkait dengan politik. 

Politik sendiri ia artikan sebagai usaha memaksimalkan kemampuan suatu individu agar dapat mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi (kesejahteraan sosial) melalui jalan interaksi dengan cara mampu mempengaruhi orang lain dengan cara berpikirnya, keputusan dan kebijakkannya. 

Bagi Aristoteles kecenderungan ini merupakan alami dan tidak terhindarkan. Kebutuhan ini tentu bisa kita uraikan kemudian melalui teori piramida kebutuhan manusia menurut teori Maslow dkk.

Intinya, politik merujuk pada aspek kehidupan, khususnya menyangkut kekuasaan (corona/mahkota) dan pengaruh dengan unsur-unsur seperti state, power, making decision, policy/beleid, distribution dan allocation. 

Yang patut dipertanyakan kemudian adalah bagaimana proses dan dampak yang ditimbulkan oleh intensi pemaknaannya jika dalam upaya mencapai kekuasaan tersebut memuat manuver yang terkadang menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan kemaslahatan umum?

Politik sangat erat kaitannya Partai Politik. Terbukanya kran Reformasi di Indonesia pada tahun 1998, membuat bangsa Indonesia tak lagi terbelenggu dalam hal menyampaikan pendapat. 

Ini dapat dilihat di tahun 1999 jumlah peserta partai politik berjumlah 48 Partai. Dan menjadi bukti bahwa tingkat keinginan rakyat Indonesia akan sebuah demokrasi sangat besar.

Namun, di beberapa kesempatan terkadang manuver politik ini terlihat seperti tindakan bermuka dua. Disisi lain partai politik bersikap mendukung suatu kebijakan. 

Tapi di tengah jalan mereka akan mengubah kebijakan dengan berbagai alasan tertentu, misalnya egoisme, fanatisme buta, dan ekstrimisme dll. Politik pada akhirnya dipahami sama halnya dengan berperang. Dalam perang tujuan utama adalah menang. Tak ada yang ingin kalah. 

Segala cara akan ditempuh untuk menggapai kemenangan. Contoh-contoh tersebut dapat kita lihat saat ini, di tengah situasi genting wabah C-19, kita juga serta merta menghadapi manuver politik internal dari anak bangsa yang terkadang membuat situasi semakin runyam dan mengelus dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun