Ucapan kontroversial somad, eh Ust. Somad dalam sebuah ceramahnya tentang 'jin kafir" menuai dan mengaduk emosi. Untungnya, orang Kristen itu selalu mengamalkan prinsip kasih sayang dalam setiap tindakannya.Â
Kiasan "jika pipi kirimu ditampar, berikan juga pipi kananmu" menunjukkan sebuah sikap kedewasaan dalam beriman, artinya gak perlu membalas. Amalan ini tentu sudah mendarah daging, sehingga umat Kristen tidak serta merta melakukan aksi "demontrasi" bela agama sampai berjilid-jilid. Jikapun hal itu sampai terjadi, maka tak ayal lagi empati menjadi subordinasi dari nalar yang tak jalan.
Motif dibalik Kesombongan Rohani
Menelisik kembali apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu saat si Ahok keseleo lidah mengutip sebuah ayat suci yang pada akhirnya menuai dan menyalakan api yang berkobar di hati dan jiwa raga para "pembela Allah".Â
Secara verbal, si Ahok secara gentle mengatakan hal itu tidak disengaja dan segera minta maaf, walaupun pada akhirnya tetap juga mendekam di balik jeruji pembelajaran. Tiada empati untuknya, yang ada hanyalah cercaan atas dasar subyektivitas.
Berbeda dengan Somad si ahli tafsir lulusan Mesir itu, mendiamkan dan seolah tidak merasa bersalah atas apa yang dilakukannya. Boleh jadi, beliau sudah mulai pikun karena tidak ada job yang membuat namanya viral dan diundang kemana-mana memberi ceramah.Â
Maka, jalan satu-satunya adalah mencari isu sensitif biar populer dan dianggap sebagai pahlawan, dan job akan mengalir deras dari para "pembela Allah" dan pencinta agama. Dari sinilah bibit kesombongan rohani terbentuk. Dan tentu berharap bahwa tindakan tersebut dapat dimaklumi dan memang dimaklumi.
Motif yang melatarbelakangi ini tentu berawal dari niat terselubung demi mendapat pengakuan. Jika dirunut lebih jauh ke depan, hal ini bisa menguntungkan secara sosio-ekonomi.
Cara untuk menjadi viral
Isu tentang keimanan menjadi topik yang sangat sensasional diangkat ke publik. Berdasarkan pengamatan beberapa tokoh, isu agama menempati posisi teratas sebagai prasyarat menjadi populer.Â
Mungkin kita masih ingat, polemik Zakir Naik yang sangat tajam melihat selumbar di mata saudaranya, sehingga kerap lupa bahwa seonggok 'dosa', termasuk dugaan pencucian uang yang ia lakukan, membuat ia harus menerima pil pahit ditolak di tanah kelahirannya dan mengembara di tempat dimana saat ini juga melakukan penolakan yang sama akan kehadirannya (Malaysia).