Mohon tunggu...
Berlianna M A
Berlianna M A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang ingin mulai menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kota Tua Jakarta

29 Juli 2021   13:30 Diperbarui: 29 Juli 2021   14:01 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kota Tua Jakarta sudah cukup terkenal. Banyak sekali penghuni Ibu Kota yang menjadikan Kota Tua sebagai salah satu destinasi tujuan yang perlu dikunjungi disaat senggang. Kota Tua menjadi unik karena bangunan-bangunan di sana memiliki gaya Eropa, bahkan tidak jarang kota Tua dijadikan tempat untuk foto prewedding, buku tahunan sekolah, hingga menjadi latar dalam video musik maupun film layar lebar.

Selain keindahan pemandangannya, Kota Tua juga memiliki banyak sejarah. Bahkan inti dari sejarah Kota Jakartapun dimulai di sini. Pasalnya, kota ini menjadi tempat yang diperebutkan oleh dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Demak, Banten. Kerajaan Sunda sampai harus menjalin kerjasama dengan Portugis untuk mempertahankan daerahnya dari Kerajaan Demak. Tetapi selang 5 tahun, Kerajaan Demak berhasil merebut daerah Sunda Kelapa di bawah pimpinan Fatahilah. Maka dari itu, lapangan luas di Kota Tua pun dinamakan Lapangan Fatahilah. Hari dimana Kerajaan Demak merebut Sunda Kelapa pun dijadikan sebagai hari lahir Kota Jakarta yang masih kita rayakan hari ini di tanggal 22 Juni. Tak Hanya itu, Kerajaan Demak juga mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Diambil dari bahasa Sansekerta, Jayakarta seringkali diartikan sebagai kota kemenangan, namun arti sesungguhnya adalah, "kemenangan hanya dapat dicapai dengan usaha atau tindakan". Tidak berhenti di sana, sejarah Kota Tua masih berlanjut ketika pasukan Belanda datang ke Jayakarta. Dipimpin oleh Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, pasukan Belanda membakar seluruh kota dan membangun kota baru dinamakan Batavia. Dari sinilah, bangunan-bangunan yang berada di Kota Tua berasal.

Kota Tua memiliki totalnya 6 museum. Tidak heran kan kenapa destinasi ini sangat penuh pengunjung? Museum-museum tersebut antara lain: Museum Mandiri, yang berada paling dekat dengan Stasiun Beos, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta atau disebut juga Museum Fatahilah karena lokasinya tepat berada di depan lapangan Fatahilah, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta museum terbarunya yaitu Museum 3 Dimensi. Museum-museum ini buka pada pukul 9 pagi hingga jam 4 sore. Untuk Harga tiket masuk museum sendiri bervariasi. Mulai dari 2 ribu rupiah.

Kota Tua juga memiliki banyak tempat kuliner. Berada satu baris dengan museum wayang, bersebrangan dengan pintu masuk Museum Sejarah Jakarta. Tentu saja, cafe yang paling terkenal adalah Cafe Batavia yang berada di sudut Lapangan Fatahilah. Tetapi, di Kota Tua juga terdapat jajanan-jajanan murah meriah yang dapat dinikmati selagi mengelilingi Lapangan Fatahilah.

Untuk menuju ke Kota Tua tidaklah sulit. Bagi yang mau berkunjung dengan kendaraan pribadi, sudah tersedia parkiran. Tetapi saya lebih merekomendasikan untuk menggunakan transportasi umum karena aksesnya lebih mudah dan tidak perlu berjalan sejauh jika menggunakan kendaraan pribadi. Jika ingin menggunakan Transportasi umum, maka dapat menggunakan kereta commuterline dan berhenti di tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota. Jika menggunakan Trans Jakarta, maka dapat berhenti di Halte Kota. 

Itulah informasi mengenai Kota Tua Jakarta. Bagi teman-teman yang ingin berkunjung, harap bersabar dulu yaa, karena Kota Tua ditutup selama masa PPKM ini. Terima Kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun