Mohon tunggu...
Berliana  Wusqo
Berliana Wusqo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah berusaha dan terus berusaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh Gender AUD

27 Oktober 2021   14:57 Diperbarui: 27 Oktober 2021   15:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
identitas gender (sumber:timurmerdeka.com)

Salah satu ajaran penting dalam Islam tentang pendidikan anak adalah pendidikan tanpa membedakan jenis kelamin. Sebagai makhluk Tuhan yang memiliki potensi kemanusiaan yang sama, anak laki-laki dan perempuan harus dididik tanpa perbedaan perlakuan. Dengan perlakuan yang relatif sama, potensi anak laki-laki dan perempuan sebagai manusia muslim dan muslimah dapat berkembang secara optimal tanpa terhalang oleh perbedaan gender.

Al-Qur'an menggambarkan anak-anak sebagai permata dunia, serta harta. Hal ini dijelaskan dalam ayat 46 Al-Qur'an Surat Al Kahfi, yang Allah berfirman artinya: "Harta dan anak-anak adalah hal-hal yang menghiasi kehidupan dunia ini." Keberadaan anak yang digambarkan dalam Al-Qur'an bisa menjadi kenyataan jika dipersiapkan sejak dini oleh orang tua.

Pendidikan dan pembentukan kepribadian anak harus diperhatikan sebaik mungkin. Pada kenyataannya, terdapat berbagai hambatan terhadap pendidikan yang ideal akibat perbedaan gender, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya hambatan budaya. Sejak lahir, anak dituntut memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Tuntutan tersebut seolah-olah wajar dalam pendidikan kita di Indonesia, atau bahkan orang tua seringkali tidak menyadari bahwa akibat dari pengaruh yang tidak adil itu merugikan perkembangan anak hingga mereka dewasa.

  • Pola Asuh Demokratis

 pola asuh demokratis merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan orang tua untuk membentuk kepribadian anak dengan mengutamakan kepentingan anak yang rasional atau mandiri. Pola asuh otoritatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: anak memiliki kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan pengendalian internal, anak diakui oleh orang tuanya sebagai individu dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, menetapkan aturan dan mengatur kehidupan anak. Orang tua menggunakan hukuman fisik, yang diberikan jika dapat ditunjukkan bahwa anak secara sadar menolak untuk melakukan apa yang telah disepakati, sehingga lebih mendidik.

Pola asuh demokratis mengutamakan kepentingan anak, tetapi tidak segan-segan untuk mengontrolnya. Orang tua dengan pola asuh ini sangat rasional, selalu mendasarkan tindakannya pada proporsi atau pemikiran. Orang tua tipe ini juga realistis terhadap kemampuan anak, tidak terlalu berharap pada kemampuan anak, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan mengambil tindakan, dan pendekatannya kepada anak sangat hangat.

Pola asuh demokratif memiliki karakteristik orang tua yang sangat menerima dan mengontrol, menanggapi kebutuhan anak, mendorong anak untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan, menjelaskan dampak tindakan baik dan buruk, bersikap realistis terhadap kemampuan anak, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan mengambil tindakan, bersikap panutan bagi anak sendiri, bersikap ramah dan berusaha membimbing anak, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, berhak mengambil keputusan akhir dalam keluarga dan menghormati kedisiplinan anak.

Oleh karena itu, dengan ciri-ciri pola asuh ini akan terbentuk perilaku anak seperti percaya diri, ramah, menguasai diri, santun, mau bekerja sama, mau belajar, tinggi, memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas, berprestasi- berorientasi.

  • Pengasuhan otoriter

Pola asuh otoriter atau otoriter parenting adalah suatu bentuk perlakuan yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk membentuk kepribadian anak dengan menetapkan standar-standar mutlak yang harus diikuti, seringkali disertai dengan ancaman. 

Ciri-ciri pola asuh otoriter, yaitu: anak harus patuh dan patuh pada keinginan orang tua, kontrol orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat, hampir tidak pernah memuji, sering memberikan hukuman fisik jika tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. orang tua. . Kontrol perilaku melalui kontrol eksternal. Gaya pengasuhan ini cenderung menetapkan standar yang ketat, seringkali disertai dengan ancaman. 

Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Jika anak tidak mau menuruti perkataan orang tuanya, orang tua tipe ini tidak segan-segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak kenal kompromi dan komunikasinya sering satu arah. Orang tua tipe ini tidak membutuhkan umpan balik dari anak-anaknya untuk memahami anaknya.

Pola asuh otoriter menerapkan pola asuh dengan indikasi bahwa orang tua menghalangi anak bersosialisasi dan memilih orang untuk menjadi teman anaknya, memberikan kesempatan anak untuk berdialog, mengadu dan mengutarakan pendapat, menuruti keinginan orang tua tanpa memperhatikan keinginan dan kemampuan anak. , dan menetapkan aturan untuk anak-anak. 

Kepatuhan anak terhadap aturan tersebut dalam interaksi baik di rumah maupun di luar rumah, meskipun tidak sesuai dengan keinginan anak, memungkinkan anak berinisiatif dalam bertindak dan memecahkan masalah, melarang anak berpartisipasi dalam kerja kelompok. meminta anak bertanggung jawab atas perbuatannya, apa yang dilakukannya, tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak harus bertanggung jawab.

Dengan demikian akan terbentuk profil perilaku anak dengan ciri-ciri model pengasuhan ini: mudah marah, pemalu, murung dan tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stres, tanpa arah masa depan yang jelas dan bermusuhan.

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh dapat berupa:

a. Budaya, orang tua mempertahankan konsep tradisional tentang peran orang tua, bahwa orang tua telah berhasil membesarkan mereka dengan baik, sehingga mereka menggunakan teknik yang sama dalam membesarkan anak-anaknya.

b. Pendidikan Orang tua, orang tua yang memiliki pengetahuan lebih tentang membesarkan anak, akan memahami kebutuhan anak.

C. Status sosial ekonomi, orang tua kelas menengah cenderung lebih ketat/lebih toleran dalam membesarkan anak.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan anak yaitu perkembangan teknologi, kebutuhan akan teknologi saat ini menjadi salah satu kebutuhan yang penting, karena teknologi dibutuhkan untuk berbagai keperluan, apalagi didukung dengan munculnya teknologi dengan jenis dan fungsi yang berbeda-beda. . , salah satunya adalah gadget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun