Mohon tunggu...
Berliana  Wusqo
Berliana Wusqo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah berusaha dan terus berusaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Melatih Perkembangan Bahasa pada Anak Sejak Usia Dini

21 Februari 2021   23:36 Diperbarui: 22 Februari 2021   00:07 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernah dengar istilah _usia emas_yang dikaitkan pada perkembangan anak?

Kata ini lekat hubungannya dengan apa yang terjadi pada setiap tahapan di masa anak usia dini. Di masa inilah anak belajar dan terbentuk untuk menjadi pribadi seperti apa di masa depan. Secara umum, istilah anak usia dini merujuk pada anak-anak berusia 0-8 tahun. Sementara ruang lingkup usia dini meliputi, bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), kelompok bermain (3-6 tahun), dan usia sekolah awal (6-8 tahun). Di usia-usia inilah anak sangat membutuhkan stimulasi sesuai kelompok usia dan kemampuannya. Karena itu, perlu sekali kita kengetahui tahapan perkembangan anak usia dini mulai dari fisik, kognitif, bahasa, emosi dan sosial. Salah satunya adalah bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan kita menciptakan kegiatan sesama manusia, mengatur berbagai aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan rnasa depan kita.

Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa. Orang dewasa selalu terpesona oleh perkembangan bahasa yang ajaib pada anak-anak. Meskipun sepenuhnya lahir tanpa bahasa, pada saat mereka berusia 3 atau 4 tahun, anak-anak secara khusus telah memperoleh beribu-ribu kosakata, sistem fonologi dan gramatika yang kompleks, dan aturan kompleks yang sama untuk bagaimana cara menggunakan bahasa mereka dengan sewajarnya dalam banyak latar sosial. hampir pada semua anak-anak, dengan mengabaikan cara bagaimana mereka dibesarkan. Alat-alat linguistik modern dan psikologi telah memungkinkan kita untuk mengatakan banyak hal tentang apa yang dipelajari anak-anak, dan langkah-langkah yang mungkin mereka lewati dalam perjalanan menuju kemampuan komunikatif orang dewasa.

Akan tetapi kita masih mempunyai banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana sebenarnya anak-anak memperoleh bahasa. Bagaimana cara mereka menentukan apa makna kata-kata atau bagaimana cara menghasilkan ujaran yang bersifat gramatika yang belum pernah mereka dengar atau yang diproduksi sebelumnya? Peneliti tidak mampu untuk sepakat, seperti mengapa anak-anak belajar bahasa: Apakah anak-anak belajar bahasa karena orang dewasa mengajarkannya kepada mereka? Atau karena mereka diprogramkan secara genetik untuk memperoleh bahasa? Apakah mereka belajar gramatika yang kompleks hanya karena hal itu ada di sana, atau apakah mereka belajar dalam rangka memenuhi beberapa kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain?

Chomsky yang dikutip oleh Subyakto-Nababan mengatakan bahwa, setiap manusia mernpunyai apa yang dinamakan falcuties of the mind, yakni semacam kapling-kapling intelektual dalam benak atau otak mereka dan salah satunya dijatahkan untuk pemakaian dan pemerolehan bahasa. Seorang yang normal akan memperoleh bahasa ibu dalam waktu singkat. Hai ini bukan karena anak memperoleh rangsangan saja, lalu si anak mengadakan respon, tetapi karena setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memperoleh bahasa ibu. Alat ini disebut dengan Language Acquisition Device (LAD) atau lebih dikenal dengan nama piranti pemerolehan bahasa. Seorang anak tidak perlu menghapal dan menirukan pola- pola kalimat agar mampu menguasai bahasa itu. Piranti pemeroiehan bahasa diperkuat oleh beberapa hal, yakni:

 (1). Pemerolehan bahasa anak mengikuti tahap-tahap sama

(2).Tidak ada hubungan pemerolehan bahasa anak dengan tingkat kecerdasan

(3).Pemerolehan bahasa tidak terpengaruh oleh emosi maupun motivasi

(4). Pada masa pemerolehan tata bahasa anak di seluruh dunia sama saja.

Si anak akan mampu mengucapkan suatu kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya dengan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa yang tidak sadar diketahuinya dan kemudian dicamkan dalam hatinya.

Struktur bahasa di bagi menjadi 5 bagian yaitu : fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik

1.Fonologi

Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang pertama adalah bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fonem (fonemik).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.

2.Morfologi

Kajian morfologi merupakn kajian lanjutan setelah fonologi. Kajian morfologi dapat dilakukan setelah memahami fonologi dengan baik. Fonologi adalah kajian bahasa dari bentuk kata. Dengan kata lain, morfologi membahas pembentukan kata. Morfologi juga dijelaskan sebagai bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya. Satuan bahasa dalam tataran morfolog berupa bentuk-bentuk kebahasaan terkcil yang lazim disebut morf dan abstraknya disebut morfem. Konsep morf dan morfem mirip dengan konsep fon dan fonem. Perbedaannya adalah bahwa fon dan fonem dalam lingkup bunyi sedangkan morf dan morfem dalam lingkup bentuk kata.

3. Sintaksis

sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.

4. Semantik

Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Definisi lain semantik adalah ilmu yang berkaitan dengan makna atau arti kata. Makna adalah maksud pembicaraan, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta perilaku manusia atau kelompok.

5. Pragmatik

pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari dan mengkaji makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pembaca atau pendengar dengan melihat kondisi dan situasi konteks penyampaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun