Mohon tunggu...
Berliana Milleni
Berliana Milleni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Im a sophomore Communication Student. I want to start writing because an interest must be deepened.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Peluang dan Manfaat Jangka Panjang dari Migrasi TV Digital Indonesia

3 Agustus 2021   19:03 Diperbarui: 7 Agustus 2021   20:53 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maskot Digital Indonesia  |  foto: siarandigital.kominfo.go.id

Perkembangan media yang begitu pesat. Keberagamannya juga telah mengelilingi berbagai aspek kehidupan manusia. Tidak sampai di situ, hingga detik ini, teknologi juga terus bertransformasi tanpa henti. Ekonomi, pendidikan, kesehatan telah bersatu di dalam satu ruang lingkup, yaitu lingkungan siber. Konvergensi serta kolaborasi dengan teknologi canggih ini yang akhirnya mewujudkan sebuah era baru, yaitu era digitalisasi. Meskipun demikian, media penyiaran Indonesia saat ini, faktanya, belum merefleksikan era digitalisasi yang sebenarnya.

Dimulai saat televisi kali pertama mengudara, kualitas visual televisi hanya sebatas tayangan hitam dan putih. Namun, televisi terus menunjukan kemajuannya dengan kualitas audio dan visual yang lebih berkualitas. Jenis televisi itu---yang digunakan masyarakat sampai saat ini---adalah televisi analog. Akan tetapi, perlu disadari, penggunaan televisi analog ini memang sudah tidak lagi sesuai untuk mendukung era serba digital.

Faktanya, sebagian besar negara bagian Eropa, Amerika, dan Asia telah beralih dari TV analog ke TV digital. Negara maju seperti Amerika Serikat, secara resmi mengaplikasikan TV digital sejak tahun 2009. Kemudian, disusul Jepang dan Kanada tahun 2011; Korea Selatan, Inggris, Irlandia tahun 2012, dan Australia tahun 2013. 

Ditambah lagi, negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia dan Singapura juga sudah menerapkan siaran TV digital. Mereka menganggap, pemakaian televisi analog dirasa sudah tidak lagi optimal. Resolusi televisi analog juga kalah saing dengan berbagai teknologi canggih lainnya. Maka dari itu, peralihan televisi analog ke digital di Indonesia harus disegerakan. Peralihan inilah yang menjadi optimasi pemerintah dengan program Migrasi Televisi Digital Indonesia.

Secara sederhana, televisi analog merupakan teknologi penyiaran yang mentransmisikan sinyal analog dan kemudian diubah menjadi gambar dan suara agar dapat dinikmati oleh masyarakat. Televisi analog sendiri bergantung pada pemancar sinyalnya. Maka dari itu, jarak dan kondisi cuaca menjadi penentu kualitas siaran gambar dan suara televisi---semakin jauh jarak televisi dari pemancar sinyal maka akan semakin buruk kualitas siaran TV. 

Kemudian, pita frekuensi yang dibutuhkan televisi analog cenderung besar, yaitu 700 MHZ. Angka tersebut, tentunya, hanya terpakai untuk siaran televisinya saja. Berbanding jauh dengan televisi digital, seluruh sistem pada televisi analog tadi berubah menjadi bentuk digital. Jadi, perlu masyarakat ingat, televisi digital ini bukan berarti streaming. Akan tetapi, televisi digital yang dimaksud adalah teknologi penyiaran yang menggunakan sinyal, pemancar, dan alat transmisi berupa digital---bukan lagi analog.

Setelah memahami dasar pengertian dari televisi analog dan digital, keuntungan migrasi televisi digital kian terlihat. Diawali dengan kualitas gambar dari siaran digital. Penggunaan sistem digital inilah yang membuat gambar televisi menjadi high definition. Gambar yang disiarkan televisi digital, sudah dipastikan, tidak akan memunculkan noise (bintik-bintik dan bayangan) pada gambar. 

Ditambah lagi, masyarakat tidak perlu khawatir dengan hujan atau angin kencang karena tidak akan memengaruhi kualitas gambar siaran televisi. Suara yang dihasilkan juga stabil dan jernih. Masyarakat penonton televisi juga akan mendapatkan fasilitas gambar dengan rasio 16:9, sedangkan rasio pada televisi analog hanya sebesar 4:3. Jadi, bisa dibilang, TV analog itu konvensional sedangkan TV digital jauh lebih mutakhir dan juga canggih

Ilustrasi perbedaan gambar TV analog dan digital | Foto oleh Alexander Nemenov via getty images | Diedit oleh Berliana Milleni
Ilustrasi perbedaan gambar TV analog dan digital | Foto oleh Alexander Nemenov via getty images | Diedit oleh Berliana Milleni
  Tidak hanya itu, pita frekuensi yang digunakan televisi analog cenderung lebih boros dibandingkan televisi digital. Satu pita frekuensi siaran analog hanya dapat menampung satu kanal saja, sedangkan satu pita frekuensi siaran digital dapat menampung lebih dari lima kanal berbeda dengan program siaran yang bervariasi pula. Hal itu, tentunya, akan menambah referensi acara masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat dapat memilih acara yang diinginkan dari banyak macam program dari kanal yang tersedia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun