Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bertamu Saat Hari Raya Imlek, eh Tuan Rumahnya Tidak Peduli

17 Januari 2023   19:15 Diperbarui: 22 Januari 2023   15:05 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perayaan Imlek (Foto: IST/TerasMedan.co)

Perayaan Tahun Baru Imlek 2023 sudah di depan mata. Saudara-saudara kita etnis Tionghoa tentunya sangat bersukacita menyambut perayaan ini. 

Saat itu saya terhitung masih murid baru di sana, sebuah sekolah menengah atas di Kota Sungailiat, Bangka. Karena ikut ayah saya yang pindah tugas ke sekolah lain, naik ke kelas dua SMA saya ikutan pindah sekolah juga.

Baru enam bulan di sekolah baru, teman saya belum banyak, paling banter hanya teman-teman satu kelas yang ternyata baik-baik semua. Mereka juga berkali-kali mengajak saya berkenalan dengan siswa dari kelas lain, yang juga umumnya sangat friendly.

Kala itu, toleransi antarumat beragama di Kepulauan Bangka Belitung, tempat saya lahir dan dibesarkan, masih sangat kental. Ketika saya merayakan Natal, teman-teman sekolah yang berbeda agama akan beramai-ramai bersilaturahmi mengunjungi saya. 

Ketika teman-teman umat Muslim merayakan Idulfitri, kami yang non muslim balik membalas kunjungan mereka. Begitu pula ketika teman-teman yang beragama Konghucu merayakan Imlek, kami yang tidak merayakan, akan berkunjung ke rumah mereka.

Toleransi beragama ini sudah kami lakoni bahkan sejak masih duduk di bangku SD, sekitar kelas 4 atau kelas 5. Masing-masing menggunakan sepeda mini, nama sepeda untuk anak perempuan zaman itu, kami bertamu dari satu rumah teman ke rumah teman lainnya.

Saya lupa apakah dapat angpau atau tidak. Salah satu yang saya suka dengan bersilaturahmi begini, saya bisa berjumpa dengan beragam penganan yang jarang bisa ditemui di luar hari raya keagamaan.

Misalnya, pada saat Idul Fitri, saya akan menjumpai aneka kue semprit, putri salju, nastar, kue rintak khas Bangka Belitung, aneka permen, dan yang pasti ada ketupat beserta lauk pauknya yang begitu menggoda selera.

Sementara, saat Imlek, selain aneke kue kering khas rumahan, ada pula makanan khas kepulauan timah seperti kemplang, kerupuk ikan tenggiri, pletekan, dan siput gonggong. Takketinggalan aneka manisan buah-buahan impor yang banyak muncul di pasar dan pusat pertokoan saat menjelang Imlek.

Dan yang pasti selalu ada menemani sajian lainnya, yaitu kue keranjang dan bolu lapis legit. Dari kedua kudapan ini, lapis legit yang paling saya suka. Tanpa sadar, kadang saya bisa makan beberapa potong sekali bertamu. Nggak tahu malu, hahaha...

Kembali ke masa SMA. Satu kali, satu hari setelah hari raya Imlek, sepulang sekolah, teman-teman satu kelas dan beberapa teman dari kelas lain hendak berkunjung ke rumah seorang teman laki-laki yang merayakan Imlek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun